ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), PT Ithaca Resources, dan Air Products berkolaborasi untuk membangun industri metanol senilai USD2 miliar lebih di Batuta Industrial Chemical Park di Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nilai proyek metanol tersebut mencapai angka Rp30 Triliun.
Nantinya, batu bara yang dipasok dari tambang milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Ithaca Resources kemudian diolah oleh fasilitas produksi milik Air Products untuk diproduksikan menjadi metanol dan dipasarkan di Indonesia.
CEO PT Bakrie Capital Indonesia Adika Nuraga Bakrie mengatakan, proyek ini mampu memproduksi 2 juta ton metanol per tahun dan diharapkan onstream pada tahun 2024.
Ke depannya, industri metanol akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) secara signifikan dan pada akhirnya akan mengurangi tekanan pada mata uang rupiah.
“Proyek ini menjadi momentum kami untuk ‘Back To Basic’, kembali fokus mengembangkan industri yang selama ini menjadi tulang punggung group kami. Ini juga merupakan momen berkembangnya Batuta Chemical Industrial Park untuk lebih maju lagi di masa depan,” kata Adika Bakrie, melalui keterangan tertulisnya yang diterima Minggu (17/5/2020).
Presiden Direktur PT Ithaca Resources Agoes Projosasmito mengatakan bahwa pengembangan industri hilir batubara yang mengangkat nilai produk batubara berkalori rendah ini sejalan dengan visi Presiden RI, Jok Widodo.
“Setelah ini, batubara akan diposisikan sebagai raw material penting dalam memproduksi produk industri turunan bernilai tinggi, dan pada akhirnya akan membantu pertumbuhan ekonomi kita,” jelas Agoes.
Sementara itu, Chairman, Presiden sekaligus CEO Air Products Seifi Ghasemi mengungkapkan pihaknya bangga dapat turut terlibat dalam proyek gasifikasi skala dunia.
“Kami siap untuk mengerahkan segenap modal, teknologi, dan keahlian operasional yang kami miliki, demi membantu Indonesia memenuhi tujuan-tujuan penting ini,“ imbuhnya.
Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan perusahaan merasa bangga karena dikaitkan dengan proyek strategis tersebut. Proyek ini merupakan prioritas nasional untuk menggantikan bahan bakar impor yang lebih mahal.
“Bumi Resources akan menjadi pemasok batu bara untuk proyek metanol tersebut dengan kontribusi 6 juta ton per tahun,” jelasnya.
Terkait hal itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, pemerintah terus mendorong terealisasinya proyek-proyek gasifikasi batubara di tanah air, termasuk rencana pembangunan coal to methanol oleh Grup Bakrie.
“Kebutuhan metanol di Indonesia telah mencapai 1,1 juta ton pada 2019. Sementara itu, Indonesia hanya memiliki satu produsen metanol, yaitu PT Kaltim Methanol Industri di Bontang, dengan kapasitas sebesar 660.000 ton per tahun,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangan tertulis, Minggu (17/5/2020).
Menurut Agus, pembangunan coal to methanol antara PT Bakrie Capital Indonesia dengan PT Ithaca Resources dan Air Products and Chemical, Inc di BCIP, Kutai Timur bernilai investasi USD2 miliar.
Proyek konsorsium tersebut, diproyeksikan akan mengolah 4,7 – 6,1 juta ton batubara menjadi 1,8 juta ton metanol per tahun.
“Proyek coal to methanol dengan proses gasifikasi batubara merupakan industri pionir di Indonesia. Hingga saat ini belum ada industri kimia dengan teknologi proses gasifikasi batubara,” terangnya.
Agus berharap, konsorsium rencana pembangunan coal to methanol ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar hingga beroperasi secara komersial nantinya.
“Dalam mendukung pelaksanaan proyek coal to methanol Kemenperin juga akan senantiasa mendampingi pelaksanaan proyek ini dan akan turut membantu mengatasi permasalahan teknis yang muncul,” tegasnya.
Metanol sangat dibutuhkan dalam industri hilir seperti tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood. Metanol juga berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas. Kemudian metanol merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel.
Rantai karbon ini dapat diolah lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) yang dapat dimanfaatkan sebagai produk bahan bakar.
“Metanol akan terus memainkan peran penting sebagai bahan baku utama di industri kimia. Hal tersebut secara pasti akan membuat kebutuhan metanol meningkat di masa mendatang,” ungkap Agus.
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah menargetkan penerapan penggunaan biodiesel B40 pada tahun 2022 dan bertahap menjadi B100 pada 2024-2025.
“Karena banyak dibutuhkan, maka industri metanol didorong agar tumbuh terus,” jelasnya.
Airlangga menyampaikan, kebutuhan metanol di dalam negeri sekitar dua juta ton dan baru dapat dipenuhi dari produsen lokal sebesar 700.000 ton.
Menurut Airlangga, pemerintah mendukung hilirisasi batubara karena Indonesia memiliki potensi cadangan batubara medium range yang sesuai digunakan untuk likuifikasi menjadi methanol.
Pada tahun 2019, kontribusi sektor industri pengolahan non-migas menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 17,58% atau sekitar Rp2.784 triliun.
“Kontribusi industri bahan kimia dan barang kimia pada tahun 2019 mencapai 1,16 persen atau sekitar Rp184 triliun, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,12 persen,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post