ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) melakukan penandatanganan kerjasama pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam dengan PT Bandara Internasional Batam, Selasa (21/12/2021).
PT Bandara Internasional Batam adalah Badan Usaha Pelaksana (BUP) yang dibentuk oleh Konsorsium PT Angkasa Pura I dengan Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan serta PT Wijaya Karya Tbk. (Persero) (WIKA) selaku pemenang lelang pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Bandara Internasional Hang Nadim Batam.
Konsorsium ini akan melakukan desain, pembangunan, pembiayaan, pengalihan, pengoperasian, hingga pemeliharaan Bandara Internasional Hang Nadim selama 25 tahun. KPBU Batam ini menelan investasi sebesar 6,9 triliun.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Kepala BP Batam, Muhammad Rudi dengan Direktur Utama BUP PT Bandara Internasional Batam, Pikri Ilham pada Selasa 21 Desember 2021.
Penandatanganan disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto secara virtual, Wakil Kepala BP Batam dan seluruh Deputi BP Batam, Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi, President and CEO IIAC Kyung-Wook Kim, dan Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. [WIKA] Agung Budi Waskito.
Sebelumnya, pada Juli 2021 lalu juga telah dilakukan penandatanganan awal atau Heads of Agreement kerja sama pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam antara BP Batam dan Konsorsium AP I – IIAC – WIKA.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto, mengatakan kerjasama ini menandakan era baru dalam percepatan pengembangan Bandara Hang Nadim yang akan menunjang perkembangan Batam Bintan Karimun hingga regional baik di Indonesia maupun pasar Asia hingga global.
Menurut Airlangga, KPBU Batam ini akan membuka pergerakan penumpang dan kargo.
“Peluang ini membuka lalu lintas penerbangan domestik dan internasional melalui pasar Korea Selatan, China, Bangkok dan negara sekitar. Termasuk mendukung perjalanan Haji Umroh serta mendorong Batam sebagai Logistic Aerocity dan dapat menurunkan biaya logistik sehingga lebih kompetitif,” ujarnya dikutip dari siaran pers, Selasa (21/12/2021).
Sementara itu, Kepala BP Batam Muhammad Rudi berharap, KPBU Bandara Hang Nadim dapat mengelola bandara secara lebih profesional guna mendukung Batam sebagai hub logistic di Asia Tenggara.
Dengan adanya kerjasama ini juga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Batam melalui pembukaan 11 rute internasional baru, efisiensi dalam hal pengelolaan pergerakan barang dan penumpang, transfer of konwledge dari IIAC, menumbuhkan industri, terbukanya lapangan kerja dan menggeliatkan ekonomi Batam, Kepulauan Riau.
“Terlebih posisi Bandara Hang Nadim yang sangat strategis berada di jalur lalu lintas internasional Selat Malaka dan Asia Tenggara, serta berdampingan dengan pelabuhan kargo dan kawasan industri, membuat Bandara Udara Hang Nadim diyakini dapat menjadi Hub Destinasi Penerbangan dan Logistik baik di wilayah domestik maupun internasional,” ujarnya.
Hal tersebut didukung kuat oleh peran IIAC (Incheon International Airport Corporation) dalam pengembangan Bandara Hang Nadim Batam.
Proyek ini juga akan menjadi bagian penting dari hubungan kerjasama kedua negara yang telah terjalin dengan apik antara pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan.
Pengembangan Bandara Hang Nadim Batam sebagai hub kargo internasional dilakukan dengan upaya menarik trafik kargo dari Amerika dan Eropa agar dapat transit di Batam untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Australia.
Selain itu, Bandara Hang Nadim Batam juga dapat menjadi alternatif transit bagi maskapai-maskapai nasional yang akan mengeksplorasi pengoperasian rute khusus kargo dari dan ke China, Jepang, India, Timur Tengah, tanpa harus ke Singapura.
Sementara itu, untuk hub kargo domestik, peran Angkasa Pura I ditopang melalui anak perusahaan yaitu PT Angkasa Pura Logistik yang akan menjadikan Bandara Hang Nadim sebagai hub kargo untuk rute Sumatera, Jawa, dan wilayah timur Indonesia seperti Balikpapan, Makassar, dan lainnya.
Sementara itu, President and CEO Incheon International Airport Corporation (IIAC) Kyung-Wook Kim mengatakan, Penandatanganan perjanjian kerja sama hari ini merupakan proyek kerja sama Pemerintah-Swasta jangka panjang pertama Korea di luar negeri.
Oleh karena itu hal ini menandai tonggak penting dalam kerjasama masa depan antara Korea dan Indonesia di sektor penerbangan.
Bandara Incheon hingga saat ini telah mengukuhkan posisinya sebagai bandara hub utama yang menghubungkan dua pasar penerbangan terbesar di dunia, Asia dan Amerika Utara.
”Partisipasi kami dalam proyek ini akan mendukung pengembangan kedua bandara di masa depan, menciptakan sinergi di berbagai bidang pembangunan dan pengoperasian bandara. Sinergi ini dapat dicapai dengan memanfaatkan jaringan penerbangan Bandara Incheon yang kuat di Asia Timur Laut dan Amerika dan menghubungkannya dengan Bandara domestik Batam rute untuk memperluas konektivitas”. Katanya.
Bandara Hang Nadim akan menjadi portofolio bandara di Indonesia yang juga akan melayani penumpang internasional dengan tujuan wisata. Melalui salah satu strategi pemasaran K-Culture Marketing yang diusung oleh IIAC maka Batam akan menjadi destinasi wisata baru yang akan mampu mendongkrak kedatangan wisawatan mancanegara.
Direktur Utama PT. Bandara Internasional Batam Pikri Ilham K. mengatakan dengan kolaborasi dan keahlian masing-masing anggota konsorsium akan memberikan nilai tambah dan kontribusi lebih terhadap perekonomian wilayah Batam dan sekitarnya.
“Sebagai badan usaha pelaksana perwakilan konsorsium Angkasa Pura I, kami berkomitmen untuk menjalankan strategi pengelolaan dan pengembangan Bandara Hang Nadim Batam sesuai yang telah ditetapkan pemimpin konsorsium, yaitu Angkasa Pura I yang didukung oleh anggota konsorsium yaitu Incheon International Airport Corporation dan Wijaya Karya.” ujar Direktur Utama PT Bandara Internasional Batam Pikri Ilham K.
Dalam pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam, anggota Konsorsium Angkasa Pura I memiliki perannya masing-masing. Sebagai pemimpin konsorsium, Angkasa Pura I akan bertanggung jawab dalam hal manajemen operasional dan komersial secara umum. Sementara itu, IIAC memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam hal pemasaran dan strategi pengembangan bandara secara umum. Sedangkan WIKA selaku BUMN bidang konstruksi yang terintegrasi dengan industri pendukungnya memiliki tanggung jawab dalam hal manajemen infrastruktur bandara. (ATN)
Discussion about this post