ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Lotte Chemical Indonesia (LCI), member grup perusahaan petrokimia Lotte Chemical Corporation (LCC) yang berbasis di Korea Selatan, mulai merealisasikan investasi senilai USD4 miliar untuk membangun kawasan industri petrokimia terbesar di Asia Tenggara yang berlokasi di Cilegon, Banten.
Realisasi ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman fasilitasi percepatan realisasi investasi dengan Kementerian Investasi, serta perjanjian engineering, procurement, and construction (EPC) antara LCI dan para kontraktor utama seperti Lotte Engineering & Construction dan Hyundai Engineering & Co Ltd di Jakarta, pada Jumat (7/1/2022).
Menurut Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, realisasi investasi ini menjadi tonggak baru bagi industri petrokimia di Indonesia.
“Investasi LCI ini menjadi salah satu investasi di industri petrokimia terbesar di Asia Tenggara. Proyek yang dinamai Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project) ini juga menandai hadirnya proyek naptha cracker pertama di Indonesia setelah vakum sekitar 25 tahun. LINE Project diharapkan bisa memulai konstruksi pada 2022 dan rampung pada 2025,” kata Bahlil dalam keterangan pers usai penandatanganan nota kesepahaman.
Nantinya, produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini akan memberikan efek susbtitusi impor yang cukup besar dan membantu meningkatkan neraca perdagangan Indonesia pada masa mendatang.
Kompleks petrokimia ini bakal memiliki kapasitas produksi hampir 2 juta ton dalam setahun dengan kemampuan produksi ethylene sebanyak 1 juta ton setahun, propylene sejumlah 520.000 ton per tahun, polypropylene 250.000 ton, dan beberapa produk turunan lainnya.
Saat ini, sekitar 50 persen kebutuhan produk petrokimia Indonesia dipasok lewat impor.
Vice Chairman & CEO LCI Kim Gyo-hyun mengatakan LINE Project bisa memberi nilai tambah yang besar dan ekonomi yang luas bagi Indonesia.
“Proyek ini akan memiliki keterkaitan yang luas, memberikan nilai tambah, dan eksternalitas yang tinggi bagi perekonomian serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian Indonesia. Selain itu juga akan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia,” katanya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor berbagai produk kimia dalam kode HS 38 selama kurun Januari sampai Oktober 2021 mencapai USD5,54 miliar atau naik 85 persen dibandingkan dengan realisasi impor pada periode yang sama pada 2020 sebesar USD2,99 miliar.
Adapun impor berbagai produk kimia pada periode yang sama mencapai USD3,15 miliar, naik 33,71 persen daripada realisasi Januari sampai Oktober 2020 sebesar USD2,35 miliar. Indonesia tercatat masih menikmati surplus sebesar USD2,39 miliar pada kelompok barang ini. (ATN)
Discussion about this post