ASIATODAY.ID, BANGKOK – Demonstran Thailand siap mengajukan petisi kepada Jerman untuk menginvestigasi penggunaan kekuasaan Raja Maha Vajiralongkorn selama dia tinggal di negara Eropa.
Pengajuan petisi itu berlangsung di saat ribuan orang kembali turun ke jalan di Bangkok, menuntut reformasi monarki.
Aksi demonstrasi pada Minggu (25/10/2020) adalah unjuk kekuatan besar pertama sejak Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mengabaikan tenggat waktu semalam dari pengunjuk rasa untuk mengundurkan diri.
PM Prayut sebelumnya juga menarik tindakan darurat 15 Oktober yang menjadi bumerang karena memicu protes yang lebih besar.
Sebuah unjuk rasa baru direncanakan pada Senin ke Kedutaan Jerman di tengah seruan oleh pengunjuk rasa untuk mengekang kekuasaan raja. Unjuk ini disebut-sebut sebagai protes anti-kemapanan terbesar dalam beberapa tahun.
Seperti diketahui Raja Maha Vajiralongkorn menghabiskan sebagian besar tahun ini di Jerman. Raja berada di Jerman saat rakyatnya tengah menghadapi pandemi Covid-19.
Para pengunjuk rasa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan mengirimkan surat ke kedutaan untuk menanyakan apakah raja telah melanggar hukum Jerman dengan menggunakan kekuasaannya dari sana. Hal ini tidak dapat diterima Pemerintah Jerman.
Para pengunjukrasa tidak merinci kekuatan mana yang mereka yakini telah digunakan raja dari Jerman.
“Permintaan ini ditujukan untuk membawa Thailand kembali ke monarki konstitusional yang sebenarnya,” kata pernyataan itu, dikutip dari CNA, Senin (26/10/2020).
Protes yang dimulai pada Juli untuk menggulingkan Prayut, mantan penguasa militer, juga semakin menuntut perubahan ke monarki. Para pengunjuk rasa mengatakan, Monarki itu telah membantu memungkinkan dominasi militer selama beberapa dekade dalam politik.
Istana memiliki kebijakan untuk tidak berkomentar kepada media dan tidak pernah mengatakan apapun tentang kegiatan raja di Eropa.
Prayut mengatakan orang seharusnya tidak mengkritik monarki bahkan jika mereka berdemonstrasi melawan pemerintah.
Kantor perdana menteri memposting catatan di Twitter pada Minggu yang mengatakan Prayut tidak mundur. Krisis Thailand akan dibahas di parlemen pada hari Senin dan Selasa.
“Jika dia tidak mengundurkan diri, maka kita harus keluar untuk memintanya mundur dengan cara damai,” kata pemimpin protes Jatupat “Pai” Boonpattararaksa kepada ribuan orang yang berkumpul di pusat kota Bangkok.
Tidak ada tanda-tanda kehadiran polisi besar-besaran di sekitar pengunjuk rasa di Persimpangan Ratchaprasong, lokasi yang emosional bagi pengunjuk rasa sebagai tempat pertumpahan darah pada 2010 dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap protes antikemapanan.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan tidak akan ada penggunaan kekerasan dan meminta orang-orang untuk tetap damai dan menghormati hukum. (ATN)
Discussion about this post