ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kalangan investor global meragukan stabilitas iklim investasi di Indonesia pasca kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya, kalangan investor menginginkan agar penerus kepemimpinan Jokowi bisa memiliki kebijakan yang sama dalam menangani investasi yang mau masuk ke Indonesia.
Presiden Jokowi sendiri dipandang sebagai pemimpin yang `ramah` dengan para investor. Hal itu, disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
“Kalau ditanya ada keraguan nggak? Jujur aja mereka pengusaha-pengusaha ini nanya ke saya, kira-kira Presiden besok masih sama seperti pak Jokowi nggak? Itu nanya. Jujur aja. Tapi bukan Pak Jokowinya, tapi caranya dia meng-handle investasinya, apa masih sama dengan pak Jokowi nggak,” ungkap Bahlil di Jakarta, Senin (15/5/2023).
Bahlil mengungkapkan, dirinya sering mendapat pertanyaan dari pengusaha ataupun investor soal figur Presiden Indonesia, setelah Joko Widodo (Jokowi). Dia pun sempat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan mengutip hasil survey publik versi Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang menyebut kepuasan publik terhadap Jokowi sangat tinggi di angka 82%.
Lebih lanjut Bahlil menyebutkan masyarakat sendiri dalam survey itu setuju apabila program Jokowi yang selama ini dilakukan di Indonesia harus diteruskan oleh pemimpin setelah Jokowi.
“Dalam survey LSI juga ditanyakan apakah publik setuju, bapak ibu setuju untuk melanjutkan program Pak Jokowi? 65% menyatakan setuju. Itu versi LSI jadi bukan versi Bahlil,” paparnya.
Beranjak dari hasil survey itu, mantan Ketua Umum HIPMI ini mengambil kesimpulan, pemimpin yang dapat meneruskan kepemimpinan dan progran Jokowi pada saat menjabat akan menang dalam proses Pemilu 2024.
“Dengan demikian maka publik masih meyakini bahwa model seperti ini (seperti Jokowi) yang akan bisa memenangkan proses election ke depan. Siapa orangnya? Ya carilah menurut teman-teman melihat yang programnya bagus, yang mayoritas publik menginginkan,” ungkap Bahlil. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post