ASIATODAY.ID, TOKYO – Jepang dan China sepakat untuk memulai kembali menjalankan kerja sama di sektor pariwisata yang terpukul pandemi Covid-19.
Kedua negara juga melanjutkan perundingan tentang wilayah sengketa di Laut China Timur.
Hal ini menjadi dialog tingkat tinggi pertama sejak Jepang memilih pemimpin baru pada September.
Kunjungan dua hari Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi ke Tokyo dilakukan di tengah kekhawatiran yang meningkat atas aktivitas Beijing di wilayah tersebut.
Pembicaraan dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi membahas konflik maritim, perdagangan, dan respons pandemi.
Pada Rabu, Wang akan bertemu Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga yang sejauh ini berusaha menyeimbangkan ketergantungan ekonomi Jepang yang mendalam pada China dengan masalah keamanan, termasuk klaim Beijing atas pulau yang dikendalikan Jepang.
Suga telah menghindari retorika keras anti-China yang digunakan sekutu Jepang, Amerika Serikat. Suga berupaya melawan pengaruh China dengan memperkuat hubungan dengan Australia dan memilih Vietnam serta Indonesia untuk perjalanan luar negeri pertamanya.
“Penting untuk berinteraksi dengan orang-orang dan berbicara langsung satu sama lain,” kata Motegi dalam jumpa pers setelah pertemuan.
“Saya berharap kesepakatan ini akan berkontribusi pada revitalisasi ekonomi Jepang dan China, serta mendorong saling pengertian,” ujar Motegi.
Dia merujuk pada skema perampingan perjalanan untuk pelancong bisnis dan mereka yang tinggal di masing-masing negara, yang telah dibatasi karena pandemi Covid-19.
Sementara sengketa maritim pada pulau-pulau Laut China Timur yang disebut Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China masih belum terselesaikan. Kedua belah pihak telah membuat langkah tentatif lebih dekat melalui perjanjian perdagangan.
Pemerintah Jepang telah mengeluhkan gangguan “tanpa henti” oleh China di perairan sekitar pulau yang diklaim kedua negara.
Motegi meminta China untuk mengambil “sikap berwawasan ke depan” dan mengatakan dia akan terus berkomunikasi dengan China.
Wang tetap menegaskan sikap Beijing. “Kami tentunya akan terus menjaga kedaulatan negara kami,” ujarnya.
“Melalui upaya bersama kedua belah pihak, kami ingin menjadikan Laut China Timur sebagai lautan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama,” ujar Wang, mencatat bahwa kedua negara berencana melakukan pembicaraan maritim tingkat kerja bulan depan.
“Menlu Jepang dan China juga mengonfirmasi kemajuan dalam membangun hotline antara otoritas pertahanan mereka,” ungkap seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang.
Kedua negara menerapkan mekanisme komunikasi maritim dan udara Jepang-China pada 2018 untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja. Namun hotline militer, elemen kunci dari skema tersebut, belum disiapkan. (ATN)
Discussion about this post