ASIATODAY.ID, TOKYO – Ekonomi Jepang menyusut pada kuartal kedua berturut-turut pada periode Januari-Maret. Negeri itu memasuki resesi teknis sebagai imbas dari pandemi coronavirus (Covid-19).
Melansir Xinhua, Rabu (20/5/2020), Kantor Kabinet Jepang melaporkan ekonomi menyusut sebesar 3,4 persen pada periode Januari-Maret dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kantor Kabinet Jepang menjelaskan penurunan kuartal ini sesuai dengan penurunan 0,9 persen pada basis triwulanan yang disesuaikan secara musiman.
Pembacaan awal produk domestik bruto yang disesuaikan dengan inflasi, terkontraksi yang dicatat pada kuartal Oktober-Desember sebelumnya.
Pada kuartal terakhir 2019, ekonomi menyusut 7,3 persen, terutama karena kenaikan tarif pajak konsumsi dari delapan persen menjadi 10 persen pada Oktober tahun lalu. Juga karena badai topan yang mendatangkan malapetaka di negara itu selama periode tersebut.
Penurunan selama kuartal kedua berturut-turut ini menunjukkan bahwa ekonomi terbesar ketiga di dunia itu telah jatuh ke dalam resesi teknis.
Menghitung sekitar 60 persen dari ekonomi Jepang, konsumsi swasta turun 0,7 persen dari kuartal sebelumnya, karena pengeluaran untuk perjalanan dan makan turun tajam, terutama setelah permintaan tinggal di rumah dikeluarkan oleh pemerintah.
Selama periode pencatatan, Kantor Kabinet juga mengatakan bahwa belanja modal swasta turun 0,5 persen. Sementara investasi perumahan swasta turun 4,5 persen.
Sektor perdagangan juga dipengaruhi secara signifikan oleh virus covid-19, dengan ekspor barang dan jasa jatuh 6,0 persen. Serta permintaan untuk mobil dan suku cadang mobil menandai penurunan yang signifikan.
Sedangkan impor, turun 4,9 persen, karena virus korona memukul permintaan, dengan penurunan harga energi juga menjadi korban.
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa efek negatif dari pandemi virus korona terhadap ekonomi Jepang diperkirakan akan semakin memburuk.
“Ekonomi akan melambat ke tingkat yang cukup besar untuk saat ini,” kata Nishimura.
Dia kemudian menjelaskan bahwa dampak virus corona terhadap ekonomi cukup besar dan akan menjadi lebih buruk karena aktivitas ekonomi yang menurun.
Melihat kuartal ke depan, April-Juni, ia menunjukkan bahwa kontraksi lebih lanjut diharapkan dari April hingga Mei karena keadaan deklarasi darurat, karena bisnis tutup dan pergerakan orang dibatasi. (ATN)
Discussion about this post