ASIATODAY.ID, TOKYO – Pemerintah Jepang memutuskan untuk memperpanjang keadaan darurat di seluruh negara hingga 6 Mei mendatang. Langkah ini harus dipatuhi 47 prefektur di Negeri Sakura.
Langkah ini dilakukan menyusul tingginya lonjakan kasus coronavirus (covid-19) dalam satu pekan terakhir. Angka kasus terkonfirmasi mencapai 9.000.
Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan ingin dekrit itu meningkatkan rasa urgensi di seluruh negeri. Dia juga membatasi perjalanan lintas prefektur.
“Infeksi telah berkembang karena pergerakan orang yang tetap banyak dan terus-menerus melintasi kota,” kata Abe.
“Menuju liburan Golden Week, semua orang harus menghindari perjalanan yang tidak penting,” imbuhnya dilansir dari The Straits Times, Jumat
(17/4/2020).
Pernyataan Abe tersebut merujuk pada liburan selama sepekan mulai 29 April. Biasanya, ini menjadi musim liburan pariwisata domestik.
Awalnya keadaan darurat yang dinyatakan pemerintah pada 7 April lalu hanya mencakup tujuh prefektur, yaitu Tokyo, Chiba, Saitama, Kanagawa, Osaka, Hyogo, dan Fukuoka.
Namun, daerah lain seperti Aichi dan Hokkaido secara sepihak menyatakan keadaan darurat mereka sendiri setelah ditutup pemerintah nasional.
Menurut pemerintah, kedua prefektur ini tidak memiliki tingkat infeksi yang tinggi.
Keadaan darurat tidak membawa kekuatan hukuman apapun, namun bisa memberikan otoritas prefektur untuk meminta masyarakat tetap tinggal di rumah. Selain itu, keadaan ini juga memperbolehkan pemerintah lokal untuk meminta bisnis tutup sementara.
Abe mengatakan jika masyarakat patuh dan tingkat infeksi covid-19 menurun, maka kemungkinan deklarasi status darurat bisa dicabut sesuai jadwal yakni pada 6 Mei mendatang.
Ada 9.220 infeksi virus corona di Jepang dan 190 kematian secara nasional diumumkan pada Kamis malam.
Iwate, di sebelah timur laut, merupakan satu-satunya dari 47 prefektur yang tidak melaporkan adanya kasus covid-19 di sana.
Tiga Pejabat Terinfeksi
Sementara itu, kabinet Jepang mengatakan, seorang pejabat telah dites positif untuk virus klcorona. Ini adalah kasus ketiga di antara para pejabat di kantor kabinet.
Kasus di dalam kantor kabinet terjadi ketika Jepang telah memperluas keadaan darurat ke semua wilayah. Langkah ini memungkinkan kota setempat untuk mendesak orang untuk tetap di dalam, tetapi tanpa tindakan hukuman atau kekuatan hukum.
Perdana Menteri Shinzo Abe merencanakan konferensi pers pada hari Jumat mengenai virus corona, tetapi rinciannya belum diketahui.
“Pejabat kabinet yang terinfeksi pada usia 50-an bekerja di dewan kabinet untuk sains, teknologi, dan inovasi. Tetapi tidak memiliki kontak dekat dengan menteri di sekitar ketika ia mengalami gejala mulai 10 April,” kata seorang pejabat di kantor kabinet, dikutip Japan Today.
“Dia dikonfirmasi dengan virus pada 16 April. Dua pejabat yang bekerja dengan pria itu, dan berada dalam jarak dua meter, tinggal di rumah, berdasarkan kebijakan kabinet,” menurut kantor kabinet.
Keduanya belum menguji virus tersebut tetapi pusat kesehatan masyarakat di kota mereka akan memutuskan, tergantung pada kondisinya, menurut kabinet. (ATN)
Discussion about this post