ASIATODAY.ID, BERLIN – Jerman berada diambang resesi ekonomi pada 2023 jika menghentikan impor gas Rusia.
Pasalnya, sepertiga kebutuhan gas Jerman selama ini dipasok dari Negeri Beruang Merah tersebut.
Sejauh ini, Jerman menolak seruan Uni Eropa (UE) untuk memboikot impor gas Rusia sebagai sanksi atas serangan militer Rusia ke Ukraina.
Namun, raksasa gas Rusia, Gazprom di Jerman, secara tidak terduga menarik diri dari negara ekonomi terbesar di Eropa tersebut.
Di Eropa, harga energi saat ini terus melonjak dan risiko geopolitik akan menambah penderitaan warga setempat untuk merogoh kocek lebih mahal.
Stefan Kooths, Wakil Presiden Institut ifW Kiel, lembaga ekonomi terkemuka di negara itu menyebut keputusan Rusia menutup keran ekspor gas akan membatasi pertumbuhan ekonomi Jerman jadi 1,9 persen pada tahun ini.
“Ini akan mendorong Jerman jatuh ke dalam resesi ekonomi pada 2023 karena ekonominya menyusut 2,2 persen (minus),” jelasnya seperti dilansir AFP, Rabu (13/4/2022).
ifW Kiel bersama lembaga-lembaga ekonomi terkemuka di Jerman, yakni DIW, Ifo, IWH, dan RWI dalam pernyataan bersama mengungkapkan dampak boikot Rusia tidak akan bisa teratasi dalam dua tahun ke depan.
Diperkirakan, ekonomi Jerman mengalami kemunduran pada 2023 hingga 2024 karena pasokan energi tidak akan mampu memenuhi permintaan yang meningkat, terutama di musim dingin.
Saat ini, Jerman mempercepat investasi dalam energi terbarukan dan membangun kilang gas alam cair (LNG) di pantai Laut Utara. Tujuannya, agar Jerman bisa mendiversifikasi sumber energi dan impor gas.
Sebelumnya, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menuturkan kemungkinan Jerman melepas ketergantungan impor energi Rusia pada pertengahan 2024 mendatang.
Pejabat setempat juga telah menyiapkan rencana darurat untuk mengantisipasi kekurangan gas di rumah tangga dan bisnis.
Tak cuma itu, pemerintah setempat pun menyiapkan undang-undang yang memungkinkan Jerman mengambil alih bisnis pemasok gas untuk mengamankan pasokan.
Pekan lalu, Jerman berhasil mengambil kendali sementara anak usaha Gazprom. (ATN)
Discussion about this post