ASIATODAY.ID, BEIJING – Situasi di Kawasan Indo Pasifik kian tegang.
Sebuah kapal fregat milik Inggris telah berlayar melalui Selat Taiwan yang sensitif pada hari Senin (27/9/2021) dalam perjalanan menuju ke Vietnam. Pelayaran tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk mencoba dan memaksa pulau yang diperintah secara demokratis tersebut untuk menerima kedaulatan China.
Sementara kapal perang Amerika Serikat (AS) melewati selat tersebut hampir setiap bulan, meskipun ada tentangan dari China, sekutu AS pada umumnya enggan untuk mengikutinya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying tidak memberikan tanggapan keras dengan mengatakan dia berharap “negara-negara terkait dapat melakukan lebih banyak hal yang kondusif untuk meningkatkan rasa saling percaya antar negara dan benar-benar menjaga perdamaian dan stabilitas regional”.
Di Taipei, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng tidak berkomentar langsung ketika ditanya tentang kapal perang Inggris tersebut, dengan mengatakan dia tidak tahu misi apa yang dilakukan kapal asing di Selat Taiwan.
“Ketika mereka melewati Selat Taiwan, militer negara kita akan memahami situasi, tetapi tidak akan ikut campur,” katanya kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa mereka terus mengawasi semua pergerakan di dekat Taiwan.
HMS Richmond Inggris telah dikerahkan di Laut Cina Timur mengambil bagian dalam operasi penegakan sanksi PBB terhadap Korea Utara.
Hubungan antara Beijing dan London sudah tegang karena sejumlah masalah, mulai dari perdagangan hingga hak asasi manusia.
China telah meningkatkan latihannya di sekitar Taiwan dan menerbangkan pesawat angkatan udara hampir setiap hari ke bagian barat daya zona pertahanan udara Taiwan.
Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan telah mengorganisir pasukan udara dan angkatan laut untuk mengikuti Richmond dan memperingatkannya.
Rumit dan suram
Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping mengatakan situasi di Selat Taiwan kompleks dan suram, Presiden China Xi Jinping mengatakan hal itu dalam surat ucapan selamat pada Minggu (26/9) kepada pemimpin partai oposisi utama Taiwan yang baru terpilih.
Mantan Wali Kota New Taipei City Eric Chu terpilih menjadi ketua Kuomintang (KMT) pada Sabtu (25/9) yang menyatakan, akan menghidupkan kembali kontak tingkat tinggi yang terhenti dengan Partai Komunis China.
Dalam surat yang salinannya KMT rilis, Xi mengatakan, kedua pihak memiliki “interaksi yang baik” berdasarkan penolakan bersama mereka terhadap kemerdekaan Taiwan.
“Saat ini, situasi di Selat Taiwan rumit dan suram. Semua putra dan putri bangsa China harus bekerjasama dengan satu hati dan maju bersama,” tulis Xi.
Xi menyatakan harapan agar kedua pihak bisa bekerjasama dalam “mewujudkan perdamaian di Selat Taiwan, reunifikasi nasional, dan revitalisasi nasional”.
Chu, yang kalah telak dalam Pemilihan Presiden 2016 dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat ini, menanggapi surat Xi dengan menyebutkan, orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan adalah “anak Kaisar Kuning”, dengan kata lain: semua orang China Han.
Chu menyalahkan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan atas ketegangan dengan Beijing setelah mengejar kebijakan anti-China.
Chu, yang bertemu Xi di China pada 2015, berharap untuk “mencari kesamaan dan menghormati perbedaan, meningkatkan rasa saling percaya dan keramahan, memperkuat pertukaran dan kerjasama, sehingga memungkinkan pengembangan hubungan lintas selat yang damai dan berkelanjutan”.
Di bawah kepemimpinan Johnny Chiang selama 17 bulan, kontak tingkat tinggi KMT dengan China terhenti di tengah ketegangan militer dan kecurigaan di Beijing bahwa partai itu tidak cukup berkomitmen untuk gagasan Taiwan adalah bagian dari “satu China”. (Reuters)
Discussion about this post