ASIATODAY.ID, BEIJING – China kian terganggu oleh manuver angkatan laut Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan (LCS). Selain menembakkan rudal penghancur kapal induk, Beijing juga kerap melontarkan peringatan verbal kepada AS agar menghentikan aksinya.
China kembali memperingatkan AS bahwa manuvernya di Laut China Selatan kemungkinan bisa menimbulkan “kecelakaan militer” dan menyebut tindakan itu sebagai perilaku provokatif.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Angkatan Laut Beijing mengusir kapal perang AS, USS Martin, yang dianggap telah melanggar perbatasan laut China.
“Mengabaikan aturan hukum internasional, pihak AS telah berulang kali memprovokasi masalah di Laut China Selatan, melakukan hegemoni navigasi dengan dalih ‘kebebasan navigasi'”, kata juru bicara Komando Wilayah Selatan Tentara Pembebasan Rakyat, Kolonel Senior Li Huamin.
“Kami mendesak AS untuk menghentikan perilaku provokatif tersebut dan membatasi tindakan maritimnya untuk menghindari kemungkinan kecelakaan militer,” serunya dikutip dari Sputnik, Sabtu (29/8/2020).
Namun Angkatan Laut AS membantah melakukan kesalahan, merujuk pada prinsip kebebasan navigasi dan mencatat bahwa USS Mustin sedang melakukan operasi rutin.
Menurut Washington, sebuah kapal perusak berpeluru kendali berlayar di sekitar Kepulauan Paracel untuk memastikan jalur pelayaran penting di daerah itu tetap bebas dan terbuka.
Beijing memandang insiden itu sebagai pelanggaran terhadap kedaulatannya, dan mencatat bahwa pasukan militernya dipaksa untuk melacak dan mengawal kapal tersebut setelah kapal itu memasuki perairan teritorial China tanpa izin.
Laporan sebelumnya mencatat bahwa China telah menembakkan dua rudal di wilayah Laut China Selatan pada tanggal 26 Agustus.
Tindakan itu dimaksudkan untuk mengirimkan peringatan yang jelas ke AS dalam sebuahtindakan yang oleh Pentagon dikecam sebagai “penghancuran.”
Ketegangan antara kedua negara memanas di tengah perselisihan mengenai perairan Laut China Selatan yang disengketakan, di mana AS sering melakukan operasi kebebasan navigasi, mengingat kawasan itu sebagai rute transportasi internasional. Beijing memandang sebagian besar perairan itu sebagai miliknya, dan klaim teritorial yang sama juga diungkapkan oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Taiwan. (ATN)
Discussion about this post