ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sejumlah Industri pupuk di Indonesia terancam bangkrut akibat kekurangan pasokan gas. Bahkan sebagian industri pupuk diramal akan berhenti beroperasi lebih cepat karena kelangkaan pasokan gas, salah satunya PT Pupuk Indonesia (Persero).
Menurut Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat, selain kekurangan pasokan, sebagian kontrak pasokan gas yang dimiliki perusahaan pupuk bersifat jangka pendek sekitar 2-3 tahun. Karena itu, pihaknya berharap bisa memperoleh kepastian pasokan untuk jangka panjang.
“Apalagi, mayoritas kontrak gas berakhir di 2021-2022 dan banyak yang belum ada kepastian gasnya, termasuk alokasinya belum kami terima,” terang Aas dalam rapat dengar pendapat dengan Ditjen Migas, SKK Migas dan BUMN Pupuk di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2019).
Dikatakan, kelangkaan pasokan jangka panjang diklaim akan berdampak pada kelanjutan operasi pabrik. Aas mencontohkan, pabrik milik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) akan berhenti operasi seluruhnya jika tidak ada kepastian gas di 2020. Kemudian, sebagian pabrik Pupuk Kujang dan Pusri juga akan menyusul berhenti beroperasi masing-masing di 2023 dan 2024 karena ada kekurangan pasokan. Sementara pabrik urea Petrokimia Gresik berpotensi operasi pada 2021
Dia juga mengakui bahwa tidak adanya pasokan gas jangka panjang ini berkaitan dengan harga gas. Saat ini, harga gas yang dibayarkan pihaknya melebihi keekonomian pabrik, yakni rata-rata USD5,8 per mmbtu. Angka ini bahkan lebih tinggi dari harga gas bagi pabrik pupuk di beberapa negara lain, di mana rata-rata USD3,95 per mmbtu. Di sisi lain, porsi harga gas ini mencapai 70 persen dari total biaya produksi.
“Iskandar Muda ada kontrak, tetapi ini belum juga efektif karena harga yang ditetapkan USD7,8 per mmbtu. Sriwidjaya ada yang berakhir di 2023-2027 dengan harga USD5,2-6 ditambah toll fee. Kujang berakhir di 2022 dengan harga USD5,73-6 per mmbtu. Petrokimia Gresik harga relative besar sekitar USD6,36-7,85 per mmbtu,” papar Aas dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (7/12/2019).
Data dari Pupuk Indonesia, kebutuhan dan pasokan gas untuk industri pupuk di antaranya:
PT Pupuk Iskandar Muda kebutuhannya pada 2019 110 juta standar kaki kubik (mmscfd) namun pasokannya sebesar 30 mmscfd. Artinya ada defisit gas sebesar 80 mmscfd.
PT Pusri Palembang kebutuhannya pada 2019 190 mmscfd dan pasokannya sebesar 225 mmscfd. Terdapat surplus gas sebesar 35 mmscfd.
PT Pupuk Kujang kebutuhannya pada 2019 101 mmscfd namun pasokannya sebesar 91 mmscfd. Artinya ada defisit gas sebesar 10 mmscfd.
PT Petrokimia Gresik kebutuhannya pada 2019 144 mmscfd namun pasokannya sebesar 132 mmscfd. Artinya ada defisit gas sebesar 12 mmscfd.
PT Pupuk Kalimantan Timur kebutuhannya pada 2019 346 mmscfd, jumlah pasokannya sebesar 364 mmscfd. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post