ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tingginya angka kematian akibat stroke di Indonesia, perlu menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Pasalnya, saat ini, layanan siap stroke belum tersedia di setiap rumah sakit, padahal hal itu sangat memungkinkan untuk dihadirkan.
Menurut Angels Initiative, stroke adalah penyebab kematian paling umum kedua di dunia, dan penyebab disabilitas paling umum ketiga. Prevalensi stroke di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 14,6% dan menyumbang sebanyak 4,5 juta dari 30,7 juta kasus stroke di dunia.
Di Indonesia, stroke adalah penyebab kematian nomor 1 dengan tingkat disabilitas yang tinggi mencapai 65%. Sistem penanganan stroke di negara-negara di kawasan Asia Tenggara berada di berbagai tahapan perkembangan.
“Sebagaimana negara-negara lain di Asia Tenggara, sistem penanganan stroke di Indonesia menghadapi tantangan serupa dalam hal beban stroke yang tinggi dan kesenjangan yang signifikan dalam jumlah pusat penanganan stroke dan rumah sakit siap stroke. Angels Initiative bertujuan untuk meningkatkan jumlah rumah sakit siap stroke sehingga lebih banyak pasien yang memiliki akses, serta mengoptimalkan kualitas penanganan di pusat-pusat penanganan stroke yang baru maupun yang sudah ada,” ujar dr. Temmy Winata, Head of Medical, Representatif Angels Initiative di Indonesia, dalam keterangannya, Sabtu (26/10/2019).
Setiap negara di mana Angels Initiative berada memiliki “Tim Konsultan Angels” yang mendukung rumah sakit dalam mengimplementasikan program peningkatan penanganan stroke.
Konsultan Angels membuat penilaian dan melakukan simulasi, baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit, bersama dengan tim rumah sakit untuk membandingkan penanganan stroke yang telah berjalan di rumah sakit saat ini dengan pedoman tata laksana stroke nasional atau internasional dan tata laksana klinis terbaik. Konsultan Angels pun memberikan pelatihan dan dukungan berkelanjutan untuk staf rumah sakit serta pengawasan proses dan kualitas pelayanan stroke.
“Angels Initiative percaya akan pentingnya penanganan pasien stroke sesegera mungkin. Dengan mengikuti standar terbaik di pusat-pusat khusus penanganan stroke, pasien dapat memiliki peluang yang lebih baik untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan tanpa disabilitas,” tambah dr. Temmy.
Urgensi mengenai hal ini pun disadari oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada Juli 2019, pemerintah meluncurkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stroke (PNPK Stroke) sebagai referensi standar penanganan stroke di Indonesia. Angels Initiative mendukung peluncuran pedoman nasional tersebut, yang akan digunakan oleh para dokter spesialis saraf dan dokter umum dalam menangani pasien stroke. PNPK Stroke diluncurkan untuk menjadi pedoman komprehensif yang mencakup pengananan stroke pra-rumah sakit, terapi definitif di rumah sakit, dan sistem rujukan antar rumah sakit.
“Berdasarkan WHO Country Risk Profile, stroke masih menjadi penyebab kematian nomor satu pada 2012 dan angka ini belum berubah. Oleh karena itu, kami melihat kebutuhan dan urgensi manajemen penanganan stroke terpadu untuk memprioritaskan penanganan pasien pra-rumah sakit, pemulihan dan rehabilitasi stroke,” terang dr. Nani H. Widodo, Sp.M, MARS., Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Namun, selain beban stroke di Indonesia Menurut dia, terdapat tantangan dalam menangani stroke. Hal ini termasuk belum diterapkannya standardisasi manajemen penanganan stroke di semua rumah sakit; kurangnya tim stroke yang terintegrasi; kurangnya peralatan dan fasilitas penanganan stroke; kurangnya jejaring pelayanan stroke yang terintegrasi, termasuk sistem Layanan Darurat Medis (Emergency Medical Service).
“Inilah alasan kami meluncurkan PNPK Stroke dan dengan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, seperti Angels Initiative, kami berharap dapat mempercepat peningkatan jumlah rumah sakit siap stroke di Indonesia,” tandas dr. Nani. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post