ASIATODAY.ID, SEOUL – Korea Selatan telah memutuskan menurunkan pembiayaan bagian Indonesia untuk proyek pengembangan jet tempur KF-21. Pengumuman itu disampaikan pada Senin (15/1/2021).
Pasalnya, Korea Selatan menetapkan jet tempur tersebut sebagai “barang pertahanan” yang memenuhi syarat untuk pembebasan pajak.
Melansir Yonhap, Badan Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) mengatakan, Indonesia cukup membayar 1,6 triliun won atau setara Rp19,2 triliun, turun 100 miliar won atau Rp1,2 triliun untuk proyek KF-21 bernilai total 8,1 triliun won itu.
DAPA mengumumkan perubahan tersebut setelah menyelesaikan negosiasi bertahun-tahun dengan Indonesia pada pekan lalu mengenai kesepakatan pembagian biaya proyek jet tempur KF-21.
Menurut DAPA, Indonesia menegaskan kembali janjinya sebelumnya untuk menanggung 20% dari biaya pengembangan jet tempur KF-21, dan setuju untuk melakukan pembayaran dalam bentuk barang sebesar 30% dari total pembiayaan.
Di Korea Selatan, setelah suatu barang diklasifikasikan sebagai barang pertahanan, barang tersebut dibebaskan dari pajak pertambahan nilai.
Penunjukan untuk proyek jet tempur KF-21 datang pada 2017, tetapi perubahan itu belum tercermin dalam kesepakatan pembagian biaya di tengah seruan Indonesia untuk negosiasi ulang.
Kedua negara telah mengadakan enam putaran negosiasi, termasuk sesi pada Kamis (11/11) pekan lalu di Jakarta, karena Indonesia menuntut pengurangan bagian biaya dan penyesuaian lain dari kesepakatan sebelumnya.
Kedua belah pihak akan melakukan konsultasi tambahan mengenai rencana terperinci mengenai bagaimana dan kapan Indonesia akan melakukan pembayaran yang terlambat untuk proyek pertahanan, yang saat ini mencapai 800 miliar won.
“Indonesia mungkin kesulitan melakukan pembayaran tunggakan sekaligus karena situasi yang sangat sulit, termasuk pandemi COVID-19,” kata seorang pejabat DAPA, seperti dikutip Yonhap.
“Tetapi, negosiasi telah berjalan berdasarkan rasa saling percaya”.
Soal rencana Indonesia membayar dalam bentuk barang, pejabat DAPA itu mengatakan, belum ada keputusan tentang barang apa yang akan ditawarkan. Namun, dia mencatat, kemungkinan adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Sejak April lalu, tiga prototipe jet tempur KF-21 satu kursi telah diluncurkan untuk tujuan pengujian. Yang keempat akan diresmikan pada Desember nanti di bawah skema untuk menghasilkan total enam prototipe untuk proyek pertahanan, DAPA menambahkan.
“Kami akan bersama sampai pengembangan selesai dan kedua negara (Korea Selatan dan Indonesia) bersama-sama memanfaatkan pasar negara ketiga dengan sistem produksi massal,” kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-In saat meresmikan peluncuran prototipe jet berwarna abu-abu bernama KF-21 Boramae itu, seperti dilansir Yonhap.
Kombinasi Mengerikan
Militer Korea Selatan meluncurkan video animasi tentang jet tempur KF-21 hasil kongsi dengan Indonesia dan drone siluman dalam serangan mendadak, menawarkan sekilas konsep pertempuran masa depan yang memadukan aset berawak dan tak berawak.
Badan Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA) baru-baru ini mem-posting video pendek di saluran YouTube-nya, yang menggambarkan jet tempur KF-21 diapit tiga drone siluman dalam operasi udara bersama di atas pulau paling timur Korea Selatan, Dokdo.
Jet tempur KF-21 juga terlihat sedang mengisi bahan bakar di udara yang berasal dari pesawat angkut tanker KC-330.
Ini menandai pertama kalinya otoritas militer Korea Selatan mengungkapkan konsep seperti itu yang melibatkan jet tempur KF-21 dan drone siluman, yang dikembangkan Korea Selatan sebagian besar berdasarkan teknologi dalam negeri.
“Jika proyek berjalan lancar, dan ketika jet tempur asli dikerahkan, mereka bisa melakukan misi dengan pesawat tak berawak suatu hari nanti,” kata seorang pejabat DAPA kepada kantor berita Yonhap, Selasa (16/11/2021).
Korea Selatan dengan mengandeng Indonesia telah mengerjakan proyek KF-21 sejak 2015. Dengan muatan maksimum 7.700 kilogram, jet tempur ini akan memiliki 10 pod untuk rudal udara-ke-udara dan senjata lainnya.
KF-21 mampu terbang dengan kecepatan 2.200 kilometer per jam dengan daya jangkauan 2.900 kilometer.
Ketika proyek selesai, Korea Selatan akan menjadi negara ke-13 yang mengembangkan jet tempur. Uji terbang pertama rencananya pada 2022, dengan seluruh pengembangan selesai pada 2026.
Pada 2010, Indonesia dan Korea Selatan menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kerjasama pengembangan KF-21 untuk memenuhi kebutuhan jet tempur kedua negara dalam waktu 30 hingga 40 tahun ke depan.
Tak heran, ada bendera Indonesia tersemat di jet tempur KF-21.
“Kami akan bersama sampai pengembangan selesai dan kedua negara (Korea Selatan dan Indonesia) bersama-sama memanfaatkan pasar negara ketiga dengan sistem produksi massal,” kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-In saat meresmikan peluncuran prototipe jet berwarna abu-abu bernama KF-21 Boramae itu.
Dijuluki jet tempur generasi 4,5, KF-21 bukanlah pesawat siluman. Tetapi, para pejabat Korea Selatan mengatakan, negaranya akan melanjutkan penelitian untuk kemungkinan konversi dengan fitur tambahan di masa depan. (ATN)
Discussion about this post