ASIATODAY.ID, YANGON – Kota Yangon, Myanmar kini berubah memerah.
Hal itu terjadi setelah para demonstran menyemprotkan cat merah di jalan-jalan di Kita Yangon pada Selasa (6/4/2021). Seperti dilaporkan Reuters, tindakan ini dilakukan untuk mengingatkan junta militer bahwa tangan mereka berlumuran darah akibat kudeta militer.
Beberapa kelompok menyerukan boikot Festival Air Thingyan minggu depan, yang menandai tahun baru umat Buddha. Selebaran yang menyerukan pelarangan, disebarkan di seantero kota Yangon. Selebaran itu menyebut aksi boikot akan menjadi tanda belas kasih bagi keluarga mereka yang terbunuh.
“Sekitar 570 orang telah tewas selama dua bulan sejak kerusuhan kudeta 1 Februari, dan pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih ditahan,” kata kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik (AAPP). Selasa.
Para demonstran sudah bergerak pagi-pagi di Yangon, kota terbesar Myanmar, untuk menyemprot dan memercik trotoar, jalan, dan halte bus dengan cat merah. Aksi itu merupakan protes atas tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan yang telah menyebabkan kemarahan internasional selama berminggu-minggu.
“Darahnya belum kering,” kata salah satu pesan dengan warna merah.
“Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil, serendah harga makanan anjing,” bunyi pesan di halte bus. Pesan-pesan selanjutnya menuduh pemimpin junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, mencuri dari rakyat.
Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai “revolusi musim semi”, yang ditandai dengan pawai jalanan, tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan, dan kampanye pembangkangan sipil yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintah. (ATN)
Discussion about this post