ASIATODAY.ID, JAKARTA – Produsen baja Indonesia PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) kembali mencatatkan kerugian pada tahun buku 2019.
Kerugian pada periode ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu mencapai USD503,65 juta atau sekitar Rp7,45 triliun.
Dalam laporan keuangan perseroan yang dimonitotor Jumat (22/5/2020), pada 2018 Krakatau Steel hanya mencatat kerugian sebesar USD167,53 juta.
Membengkaknya kerugian tersebut lantaran menurunnya pendapatan sebesar 18,45 persen dari USD1,74 miliar menjadi USD1,42 miliar.
Dirincikan, penurunan dari pos pendapatan tersebut lantaran menurunnya produk baja lokal dari USD1,48 miliar menjadi USD1,04 miliar.
Sementara pos bisnis lain sebagai penyumbang pendapatan tidak naik signifikan.
Tercatat pendapatan bisnis jasa pengelolaan pelabuhan naik dari USD66,77 juta menjadi USD76,1 juta, pendapatan bisnis real estat dan perhotelan dari USD28,92 juta menjadi USD36,54 juta, dan pendapatan bisnis rekayasa dan konstruksi naik dari USD29,94 juta menjadi USD31,67 juta.
Penurunan pendapatan tersebut berimbas pada berkurangnya beban pokok sebesar 11,73 persen menjadi USD1,4 miliar sehingga laba kotor yang diperoleh perusahaan sebesar USD16,89 juta.
Namun laba kotor tersebut harus tertekan karena beberaap pos beban mengalami peningkatan. Pos beban yang mengalami peningkatan terbesar adalah beban operasi lainnya yaitu mencapai USD284,26 juta, meningkat signifikan dari periode sebelumnya yang hanya USD97,93 juta.
Akibanya, perusahaan baja milik negara tersebut mencatat rugi operasi sebesar USD448,76 juta atau meningkat 381,97 persen dari periode yang sama di 2018 sebesar USD93,11 juta.
Per 31 Desember 2019, Krakatau Steel mencatat total aset sebesar USD3,28 miliar. Aset tersebut menurun dari catatan 31 Desember 2018 yang sebesar USD3,58 miliar. Adapun, aset tersebut terdiri dari total ekuitas sebesar USD356 juta dan total liabilitas sebesar USD2,93 miliar. (ATN)
Discussion about this post