ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT PLN (Persero) hanya mencatatkan keuntungan bersih Rp251,6 miliar sepanjang semester I-2020.
Keuntungan tersebut turun 96 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2019 yang mencapai Rp7,3 triliun.
Mengutip publikasi laporan keuangan PLN melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/7/2020), selama enam bulan pertama di tahun ini PLN mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp139,78 triliun atau meningkat 1,6 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu Rp137,52 triliun.
Pendapatan tersebut ditopang oleh pendapatan dari penjualan listrik sebesar Rp135,41 triliun atau meningkat 1,5 persen dibanding kuartal I-2019 sebesar Rp133,45 triliun.
Peningkatan penjualan listrik didukung oleh pertumbuhan jumlah pelanggan yang hingga akhir Juni mencapai 77,19 juta atau bertambah sebanyak 3,59 juta pelanggan dari posisi akhir Juni 2019 sebesar 73,6 juta pelanggan.
“Meski dalam kondisi pandemi covid-19, perseroan masih dapat membukukan kenaikan penjualan listrik sebesar 0,95 persen atau 1,129 GWh dari 118,522 GWh pada semester I-2020 menjadi 119,651 GWh pada semester I tahun berjalan,” terang Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murfidi.
Pendapatan dari penyambungan listrik pelanggan sebesar mengalami penurunan dari Rp3,07 triliun di semester I-2019 menjadi Rp2,97 triliun di semester I-2020. Sementara pendapatan usaha lain-lain meningkat dari Rp1,00 triliun menjadi Rp1,39 triliun.
Sementara dari sisi beban usaha mengalami penurunan dari Rp152,51 triliun menjadi Rp149,92 triliun. Penurunan beban usaha tersebut ditopang oleh menurunannya biaya bahan bakar dan pelumas dari Rp66,31 triliun menjadi Rp56,06 triliun, biaya sewa dari Rp1,91 triliun menjadi Rp1,70 triliun, biaya kepegawaian dari Rp12,62 triliun menjadi Rp10,14 triliun dan lain-lain dari Rp3,85 triliun menjadi Rp3,41 triliun.
“Upaya efisiensi biaya operasional terus dilakukan khususnya biaya pemakaian bahan bakar, untuk periode semester I-2020 lebih rendah dibandingkan periode semester I tahun lalu, BPP semester I-2020 adalah Rp1.368 per kWh yang lebih rendah Rp21 dibanding BPP di periode yang sama di 2019 sebesar Rp1.389 per kWh,” ujar Agung.
Sedangkan komponen lainnya meningkat seperti biaya pembelian tenaga listrik dari Rp41,44 triliun menjadi Rp49,96 triliun, biaya pemeliharaan dari Rp9,45 triliun menjadi Rp9,65 triliun, penyusutan aset tetap dari Rp16,92 triliun menjadi Rp17,83 triliun, penyusutan aset hak guna menjadi Rp1,16 triliun.
Beban usaha yang harus ditanggung perseroan lebih besar dibanding pendapatan usaha yang diperoleh. Di sisi lain, PLN juga mengalami peningkatan beban keuangan dari Rp12,11 triliun menjadi Rp13,72 triliun. Tekanan beban keuangan tersebut salah satunya dipicu oleh rugi selisih kurs yang meningkat dari Rp5,04 triliun menjadi Rp7,79 triliun.
Namun pada saat yang sama, PLN mendapatkan pencairan subsidi listrik dari pemerintah sebesar Rp25,02 triliun. Adapun EBITDA perusahaan di semester I ini senilai Rp35,29 triliun dengan EBITDA Margin sebesar 21,4 persen. (ATN)
Discussion about this post