ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sejumlah kalangan menilai sosok pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekaligus pahlawan nasional Lafran Pane merupakan teladan yang melampaui batas organisasi HMI dan menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.
Hal tersebut mengemuka dalam peluncuran dan bedah novel ‘Merdeka Sejak Hati’ karya Ahmad Fuadi, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu (28/7/2019).
Selain Ahmad Fuadi, dalam acara ini hadir sejumlah tokoh di antaranya mantan Ketua DPR sekaligus Ketua Dewan Penasihat Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa (MN KAHMI) Akbar Tandjung, Presidium MN KAHMI sekaligus peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, Dewan Pakar MN KAHMI sekaligus pakar kemaritiman Laode Masihu Kamaluddin, Wakil Ketua DPD sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) Akhmad Muqowam, peneliti Lafran Pane sekaligus Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria, inisiator novel dan film Lafran Pane sekaligus CEO Reborn Initiative M Deden Ridwan, dan keponakan Lafran Pane sekaligus sastrawan dan novelis Nina Pane.
M Deden Ridwan menyatakan, munculnya novel ‘Merdeka Sejak Hati’ yang menceritakan sosok, jejak, dan keteladanan Lafran Pane memang melalui proses yang panjang. Novel ini akan disusul dengan pembuatan film yang rencananya akan dimulai syutingnya sekitar September atau Oktober 2019. Film ini akan diluncurkan sekitar Maret 2020.
Deden memaparkan, ide awal munculnya penulisan novel dan film tentang Lafran Pane karena saat ini seolah-olah negara dan bangsa ini krisis akan keteladanan. Lafran Pane yang telah menjadi pahlawan nasional berdasarkan keputusan Presiden pada 2017 sangat cocok untuk diangkat guna memberikan keteladanan bagi generasi bangsa ini.
“Cerita inspiratif dan heroik perjuangan Lafran Pane tersebut harus terus kita lestarikan dan sebarkan-luaskan, terutama bagi generasi milenial. Anak muda saat ini harus terus disuguhi dengan cerita-cerita baru yang positif tentang perjuangan bangsa ini. Setiap perjuangan hidup seseorang pada dasarnya adalah basis sekaligus sumber sebuah cerita. Lafran Pane ini seorang tokoh, pahlawan, dan teladan bagi semua bukan hanya HMI,” tegas Deden.
Akbar Tandjung menggariskan, dari sudut pandang manapun dilihat dan dinilai maka Lafran Pane merupakan tokoh penting bagi bangsa dan negara Indonesia, seluruh rakyat Indonesia, dan umat Islam di Indonesia. Artinya tutur Akbar, Lafran Pane bukan sekadar milik HMI.
Akbar memaparkan, sebelum adanya pemberian gelar pahlawan nasional bagi Lafran Pane lebih dulu dilakukan kajian dan penelitian mendalam baik internal HMI dan KAHMI maupun melibatkan pihak eksternal.
“Nilai-nilai, perjuangan, dan keteladanan beliau, Lafran Pane, bisa menjadi contoh untuk Indonesia, rakyat Indonesia. Jadi bukan hanya untuk HMI,” ucap Akbar.
Nina Pane menyatakan, mewakili keluarga Pane maka dirinya menyampaikan ucapan terima kasih bagi seluruh keluarga besar HMI dan KAHMI yang telah berjuang dan meyakinkan pemerintah sehingga Lafran Pane mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Nina menyatakan, sosok Lafran Pane sejak kecil memiliki sikap berjuang mencari jati diri kemudian berjuang untuk diri sendiri, bangsa, negara, dan agama serta peduli dengan keadaan sesama dan mencintai dunia pendidikan.
Ahmad Fuadi menuturkan, dia mendapatkan cerita yang luar biasa tentang Lafran Pane. Padahal Fuadi mengakui, dia bukanlah seorang alumni HMI. Selama proses riset untuk penulisan untuk novel ‘Merdeka Sejak Hati’, Fuadi menemukan keutuhan sosok, jejak, perjuangan menjalani kehidupan, perjalanan cinta, perjuangan dalam kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan, dan keteladanan Lafran Pane. Karenanya cerita, fakta, dan data yang sangat bagus patut dihadirkan kepada para pembaca. Karenanya Fuadi berterimakasih kepada keluarga besar HMI dan keluarga besar Lafran Pane yang telah memberikan berbagai sumbangsih.
“Cerita tentang Lafran Pane ini adalah sebuah cerita besar, cerita riil, cerita legenda di HMI. Lafran Pane itu kamus, dia itu mutiara, dia itu sumur yang harus terus diambil airnya. Lafran Pane itu sosok yang harus kita dalami tidak hanya HMI tapi untuk semua orang, untuk kita Indonesia. Langkah penulisan novel kemudian akan disusul film menurut saya, adalah langkah besar untuk menafkahkan sosok Lafran Pane untuk Indonesia dan dunia,” tegas Fuadi.
Penulis novel best seller trilogi ‘Negeri 5 Menara’ ini menyatakan, dia memaparkan, pemilihan judul novel ‘Merdeka Sejak Hati’ untuk menggambarkan sosok Lafran Pane bertujuan agar memunculkan rasa penasaran orang-orang yang pertama melihat dan membacanya. Bagi Fuadi, Lafran Pane bukan sekadar aktivis, tapi akademisi yang memakai ilmunya untuk kemaslahatan bersama.
Secara umum Fuadi menjelaskan, novel ‘Merdeka Sejak Hati’ menggambarkan sosok perjalanan hidup dan perjuangan Lafran Pane sejak kecil, remaja, dewasa, bahu-membahu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, mengisi kemerdekaan hingga kemudian mencapai beberapa puncak yakni mendirikan HMI, menjadi guru besar, dan mendapatkan gelar pahlawan nasional.
“Lafran Pane ini sejak kecil sudah berupaya merdeka, merdeka dari lingkungannya. Dari kemerdekaan hanya untuk dirinya kemudian naik tingkat untuk kemerdekaan bersama kemerdekaan Indonesia. Kemudian kemerdekaannya naik lagi dalam bentuk berbeda yakni dia punya komitmen besar terhadap Islam. Karena itulah menurut saya, dia merdeka sejak hati, dia Islam sejak nurani, dan ada yang menambahkan dia Indonesia sejak ragawi,” ucap Fuadi.
Akhmad Muqowam menilai, HMI dan seluruh alumni HMI patut bersyukur dengan sosok Lafran Pane. Pasalnya, menurut Muqowam, Lafran Pane mampu menjembatani antara keindonesiaan, keislaman, dan kemodernan. Sosok dan jejak Lafran Pane, ujar dia, dapat menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa baik masa kini maupun di masa depan.
,’;\;\’\’
Discussion about this post