ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah terobosan datang dari ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Profesor riset Rudi Subagja sukses mengembangkan teknologi ekstraksi titanium, nikel dan tembaga. Teknologi itu didedikasikan untuk mendukung kemandirian industri di Indonesia.
“Kami telah berupaya mengembangkan satu teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah bijih ilmenit, nikel laterit kadar rendah, serta bijih tembaga malasit yang dimiliki Indonesia,” papar Rudi, saat membacakan naskah orasi profesor risetnya berjudul “Pengembangan Teknologi Proses Ekstraksi Titanium, Nikel, dan Tembaga untuk Kemandirian Industri Nasional” di Jakarta, dikutip dari laman LIPI, Rabu (28/7/2021).
Menurut Rudi, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di beberapa daerah, yang mana mineral itu mempunyai peranan penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Namun, sumber daya mineral tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena masih terbatasnya kemampuan teknologi untuk memanfaatkannya sebagai komoditas yang diperlukan oleh bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan itu, Rudi mengembangkan teknologi proses ekstraksi untuk dapat memanfaatkan sumber daya mineral Indonesia, khususnya bijih ilmenit, nikel laterit kadar rendah dan malasit.
Dari kegiatan penelitian dalam bidang metalurgi ekstraksi yang dilakukan, Rudi mampu menghasilkan teknologi untuk membuat Titanium dioksida (TiO2) dari ilmenit Indonesia, meningkatkan kandungan nikel dalam bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia, membuat logam nikel dengan kemurnian 99,7 persen, dan membuat logam tembaga dari bijih malasit.
“Teknologi pengolahan mineral yang dihasilkan menjadi modal dasar untuk menciptakan kemandirian industri nasional guna memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Indonesia, melengkapi mata rantai industri nasional, serta mengurangi ketergantungan impor TiO2, logam nikel dan tembaga,” jelas Rudi.
Dalam naskah orasi profesor risetnya, Rudi mengatakan hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama dengan pihak industri mengembangkan beberapa industri, yakni industri pembuatan TiO2 dari ilmenit Indonesia dengan menggunakan teknologi proses dekomposisi ilmenit dengan Natrium hidroksida (NaOH), yang dilanjutkan dengan proses pelarutan dengan asam sulfat, dan proses hidrolisis larutan Titanyl sulfat (TiOSO4).
Kemudian, industri pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah menjadi konsentrat nikel dengan menggunakan teknologi thermal upgrading dan pembuatan senyawa nikel serta logam nikel dengan menggunakan teknologi hidro dan elektro metalurgi.
Hasil penelitian itu juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan industri pengolahan malasit menjadi logam tembaga dengan proses pelarutan asam sulfat, dilanjutkan dengan proses pemurnian larutan, dan electrowinning untuk mendapatkan logam tembaga.
Peleburan Nikel
Bijih besi nikel laterit merupakan batuan mineral yang merupakan bahan baku untuk pembuatan Nickel Pig Iron (NPI). Nickel pig iron sendiri merupakan feronikel berkadar yang berkadar rendah yang digunakan sebagai alternatif pengganti feronikel sebagai bahan baku pembuatan baja tahan karat.
Kelompok penelitian dari UPT Balai Penelitian Teknologi Mineral LIPI mengembangkan NPI menggunakan teknologi berbiaya rendah, yaitu hot blast cupola furnace (tungku kupola udara panas) dengan kapasitas yang lebih besar dari penelitian sebelumnya, yaitu 3 ton NPI/hari dengan rasio penggunaan kokas terhadap pellet komposit sebesar 0,4.
Bijih nikel laterit dicampur merata dengan batubara dan bentonit menjadi bentuk pellet untuk menghindari terjadinya pressure drop yang terlalu tinggi akibat tumpukan umpan/bahan baku,sehingga aliran udara pembakaran dapat mengalir secara sempurna dalam hot blast cupola furnace.
Udara pembakaran dalam tungku tersebut terlebih dahulu dipanaskan sebelum didistribusikan ke dalam ruang pembakaran dengan memanfaatkan panas gas buang. Proses perpindahan panas antara gas buang dengan udara pembakaran dilakukan dengan menggunakan metal recuperator (heat exchanger) yang dipasang pada bagian atas tungku kupola tersebut. (ATN)
Discussion about this post