ASIATODAY.ID, JAKARTA – Gelombang resesi tak bisa dihindari oleh Malaysia.
Pertumbuhan ekonomi negeri itu mengalami kontraksi pada kuartal II/2020, terbesar sejak krisis keuangan Asia pada 1998.
Melansir Bloomberg, Jumat (14/8/2020), Produk Domestik Bruto (PDB) Malaysia pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi -17,1 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menjadi kontraksi ekonomi terdalam sejak kuartal IV/1998.
PDB Malaysia tersebut lebih rendah dibandingkan median survei Bloomberg yang memerkirakan kontrak -10,9 persen yoy.
Data ekonomi tersebut menunjukkan pukulan parah karena Malaysia selama ini bergantung kepada sektor perdagangan. Namun, sektor itu menderita selama pandemi Covid-19.
“Ekspor anjlok karena gangguan rantai pasokan, sementara belanja konsumen merosot di tengah lockdown yang diperpanjang,” tulis laporan PDB Malaysia, Jumat (14/8/2020).
Sementara itu, Bank Sentral Malaysia memprediksi kontraksi ekonomi pada 2020 sebesar -3,5 persen hingga -5,5 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya 0,5 persen hingga -2 persen.
“Penurunan produksi sangat besar. Itu jelas menunjukkan bahwa pandemi telah mengakibatkan perekonomian menjadi terhenti,” kata Mohd Afzanizam Abdul Rashid, kepala ekonom di Bank Islam Malaysia Bhd.
Sorotan data ekonomi Malaysia pada kuartal II/2020 lainnya adalah belanja konsumen jatuh -18,5 persen. PDB menyusut -16,5 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya, lebih parah dari perkiraan ekonom soal kontraksi -11,4 persen.
Hal itu menunjukkan adanya kontrak ekonomi selama dua kuartal berturut-turut, yang menjadi definisi teknis dari resesi.
Sementara itu, industri jasa turun -16,2 persen dari tahun lalu, sedangkan aktivitas manufaktur turun -18,3 persen, dan konstruksi anjlok -44,5 persen. (ATN)
Discussion about this post