ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, Indonesia mengalami kerugian hingga USD6,9 miliar akibat aktivitas ekspor impor menggunakan kapal asing.
“Kerugian kita akibat defisit di sektor angkutan laut (see freight). Ketika kita ekspor, kita inflow devisa buat kita. Ketika membawa barangnya ekspor kapalnya kapal asing, langsung dicatat sebagai outflow,” jelas Bambang di forum JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Menurut Bambang, outflow terjadi karena seolah ada impor jasa kapal asing dalam aktivitas ekspor impor. Kondisi ini juga menjadi salah satu penyebab tekanan pada rupiah lantaran pelayanan angkutan laut dengan kapal asing.
Sulitnya mendapatkan bendera Indonesia untuk angkutan laut kata Bambang, memicu banyaknya kapal asing yang digunakan. Padahal dibandingkan negara lain, untuk kapal laut mendapatkan bendera bisa lebih mudah.
“Kalau mau dapat bendera Indonesia di kapal itu lebih rumit daripada dapat bendera Singapura atau negara Panama segala macam. Sehingga, meski cuma bendera, tapi tercatat di transaksi defisit kita,” paparnya
Berdasarkan data Bappenas, pelayanan ekspor impor dengan kapal asing berperan 60 persen terhadap total defisit angkutan laut sebesar USD6,9 miliar. Total defisit neraca jasa transportasi secara keseluruhan tercatat USD8,8 miliar.
Selain dari pelayanan ekspor impor dengan kapal asing, defisit angkutan laut disebabkan oleh pelayanan domestik dengan kapal asing sekitar dua persen, penggunaan kapal dengan asuransi asing 11 persen, dan lainnya 27 persen.
“Sudah saatnya kita juga perlu membereskan transportation hub terutama hub untuk pelabuhan di Indoensia. Dengan negara yang begini besar, sangat ironis devisa kita larinya ke Singapura,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post