ASIATODAY.ID, MEW YORK – Industri kendaraan listrik telah menjadi cita-cita besar korporasi-korporasi global selama ini.
Tahun 2021 adalah tahun yang baik untuk saham perusahaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Tahun 2022 akan menjadi tahun pembuktian apakah perusahaan-perusahaan tersebut mampu memenuhi janji mereka.
Kapitalisasi dua emiten kendaraan listrik -Rivian dan Lucid Motors naik, naik hingga mencapai total US$150 miliar. Masalahnya, selama ini kedua perusahaan itu belum memiliki pendapatan yang konkret dan mereka baru saja mulai mengantarkan pesanan ke konsumen mereka.
Dalam setahun terakhir, beberapa perusahaan kendaraan listrik AS seperti Canoo, Lordstown Motors, Fisker, telah melakukan IPO. Mereka berjanji akan mulai memasarkan produk-produknya pada 2022-2023.
Pekan lalu, Harley-Davidson melakukan spinoff divisi motor listriknya, Livewire, yang akan disusul dengan IPO melalui SPAC (special purpose acquisition company) dengan valuasi US$1,8 miliar.
Sejauh ini, semua valuasi emiten kendaraan listrik tersebut masih di atas kertas.
Satu-satunya perusahaan kendaraan listrik murni yang bisnisnya sudah berjalan adalah Tesla. Kapitalisasi Tesla mencapai puncaknya sekitar US$1,2 triliun bulan lalu, tetapi kemudian menyusut sekitar 19%.
Tesla memiliki empat model di pasaran. Selain Tesla, pemain otomotif lama juga mulai memproduksi mobil listrik, seperti Chevrolet dengan Bolt, Nissan Leaf, Ford Mustang Mach-E, Mini Cooper SE, dan Porsche Taycan. Harga mobil listrik bervariasi dari US$27.000-US$ 150.000.
Jika selama ini perusahaan EV mengembangkan teknologi dan desain kendaraan listrik, maka pada 2022 mereka akan mulai manufaktur dalam skala besar. Namun untuk sampai ke titik itu, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi: gangguan rantai pasok, kekurangan buruh, tekanan inflasi, kompetisi yang semakin sengit, dan meningkatnya biaya modal.
“Pertanyaannya adalah siapa yang mampu memproduksi dan merealisasikan minat dan investasi menjadi penjualan dan konsumen yang puas. Ini adalah fase berikut dari industri kendaraan listrik,” kata Vitaly Golomb, investment banker yang fokus pada sektor EV dari Drake Star Partners, dikutip dari CNBC.com.
Golomb mengaku memiliki investasi di Rivian sejak setahun lalu dan telah memesan (preorder) truk R1T dua tahun lalu. Hingga 15 Desember, Rivian telah menerima pesanan 71.000 mobil. Perusahaan yang baru IPO bulan lalu itu mengatakan butuh waktu hingga akhir 2023 untuk memenuhi pesanan tersebut.
Kuartal tiga lalu, Rivian melakukan penjualan perdana 11 mobil dengan pendapatan sekitar US$ 1 juta. Perusahaan menargetkan produksi 1.200 mobil pada 2021, tetapi kemungkinan akan meleset sekitar ratusan unit.
Perusahaan menderita rugi US$1,23 miliar pada triwulan lalu, tetapi untungnya bisa ditekan dengan dana IPO yang berhasil diraup sekitar US$13,7 miliar. Rivian memiliki kapitalisasi pasar US$87 miliar.
Rivian juga memiliki pesanan 100.000 van dari Amazon. Amazon menargetkan 10.000 van listrik beroperasi tahun depan.
Golomb bullish akan Rivian karena perusahaan memiliki tim teknis yang bagus dan fokus ke manufaktur. Dia juga optimistis akan Lucid yang memiliki segmen pasar berbeda.
Lucid menarget pasar sedan elektrik. Lucid sudah membuka penjualan model Air Pure dengan harga mulai US$77.400 dengan daya tempuh 400 mil sekali pengecasan. Model paling mahal, Air Grand Touring, mulai dari US$139.000 dan bisa menempuh 516 mil dalam sekali pengecasan.
Lucid memiliki valuasi sekitar US$54 miliar. Hingga September, pendapatan perusahaan hanya US$719.000 dan pengiriman perdana dimulai pada 30 Oktober.
Perusahaan mengatakan pesanan saat ini mencapai US$ 1,3 miliar dan arus kas sebesar US$ 4,8 miliar, setelah menderita rugi US$ 1,5 miliar di tiga triwulan pertama tahun ini.
Perusahaan EV mendapatkan dorongan dari Pemerintah AS. Presiden Joe Biden menganggarkan US$7,5 miliar untuk membangun 500.000 stasiun pengisian kendaraan listrik di AS.
“Semua orang membicarakan mengenai produsen dan produksi, tetapi pada akhirnya, stasiun pengisian juga sangat penting. Kita berbicara mengenai pertumbuhan lima kali lipat dalam dua tahun ke depan,” kata Dan Pipitone, CEO TradeZero. (ATN)
Discussion about this post