ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah realitas dunia, memperlihatkan situasi yang paradoks. Hal itu tergambar dari laporan World Wealth Report 2019 yang dilansir dari Business Insider, Rabu (28/8/2019).
Di Hong Kong, para miliarder atau Taipan tengah terpuruk akibat dampak buruk dari gejolak dan gelombang protes yang terjadi di negara itu. Kekayaan mereka merosot tajam. Situasi tersebut justru berbanding terbalik dengan para miliarder di Timur Tengah terutama Arab Saudi dan Kuwait. Kekayaan mereka melonjak tajam di balik ancaman ekonomi dunia yang melambat.
Sengitnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China justru tak berpengaruh terhadap kekayaan para miliarder Arab Saudi. Keran kekayaan mereka bahkan tak goyang dan turun sama sekali.
Laporan World Wealth Report 2019 oleh Capgemini menyebut tren penurunan kekayan para miliarder di Hong Kong sudah tergambar sejak 2018. Kejadian itu adalah yang pertama dalam tujuh tahun terakhir, namun sebaliknya kekayaan para miliarder Arab Saudi dan Kuwait justru berada dalam performa terbaik hingga saat ini.
Reformasi ekonomi dan naiknya harga minyak menjadi berkah bagi para miliarder di Timur Tengah. Pertumbuhan ini juga tidak terlepas dari kebijakan Pangeran Mohammed bin Salman.
Sang pangeran memiliki rencana bernama Vision 2030 yang bertujuan agar ekonomi Arab Saudi makin terdiversifikasi, sekaligus menambah tenaga kerja, tanggung jawab sosial dan membangun kota futuristik dengan proyek senilai US$500 miliar.
“Kebijakan-kebijakan tersebut telah mulai membantu ekonomi secara keseluruhan, yang menambah para individual dengan kekayaan tinggi semakin bertumbuh. Ada kultur bisnis dinamis di sana,” ujar Deputy Head of the Global Financial Services Market Intelligence Strategic Analysis Group, Chirag Thakral, mengutip dari Capgemini. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post