ASIATODAY.ID, HANOI – Junta militer Myanmar kembali menunjukkan sikap tidak kooperatif.
Pasalnya, junta militer menolak utusan ASEAN untuk bertemu dengan mantan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Pihak militer berdalih bahwa Suu Kyi saat ini berstatus terdakwa dan masih ditahan.
Pernyataan militer Myanmar yang disampaikan pada Rabu (13/10/2021) muncul ketika tekanan internasional semakin meningkat pada junta yang dianggap terus menunda penerapan rencana perdamaian lima poin yang disepakati oleh jenderal utamanya Min Aung Hlaing pada bulan April dengan ASEAN.
Dalam pertemuan bulan April di Jakarta, para pemimpin negara ASEAN dan pemimpin junta Myanmar, melahirkan 5 poin konsensus untuk menjaga stabilitas Myanmar.
Pertama, kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya.
Kedua, para pemimpin sepakat agar diadakan dialog konstruktif di antara semua pihak yang berkepentingan di Myanmar
Ketiga, ASEAN akan mengirim utusan khusus yang akan memfasilitasi mediasi dan proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Myanmar melalui AHA Centre.
Kelima, utusan khusus dan delegasi ASEAN akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.
Pernyataan junta militer tersebut jelas melanggar poin kelima, di mana utusan khusus, Erywan Yosof, dilarang untuk bertemu dengan Suu Kyi yang merupakan sosok penting dalam gejolak politik Myanmar.
Awal pekan ini Erywan mengatakan dia sedang berkonsultasi dengan partai-partai di Myanmar, tidak memihak atau posisi politik dan terus menantikan kunjungan.
Sikap tidak kooperatif dari militer Myanmar ini dianggap jadi penyebab utama mengapa pemulihan situasi di negara tersebut berjalan begitu lambat.
Hingga saat ini gelombang aksi yang menunjukkan kemarahan dan protes masih belum mereda.
“Kelambanan junta dalam merespons konsensus ASEAN ini sama saja dengan membawa Myanmar berjalan mundur. Beberapa negara ASEAN sedang dalam diskusi untuk mengecualikan Min Aung Hlaing dalam KTT bulan ini,” ungkap Min Aung Hlaing, sebagaimana dilaporkan Reuters.
KTT ASEAN berikutnya dijadwalkan akan berlangsung pada 26-28 Oktober secara virtual. Malaysia dan sejumlah negara mempertimbangkan untuk tidak mengundang Myanmar jika terus mengabaikan kesepakatan. (ATN)
Discussion about this post