ASIATODAY.ID, YANGON – Kudeta militer di Myanmar menciptakan situasi di Negeri itu kian bergolak.
Puluhan ribu rakyat sipil turun ke jalan di kota-kota Myanmar pada Sabtu untuk mengecam kudeta serta mendesak pembebasan Suu Kyi.
Mereka meneriakkan, “Diktator militer, gagal, gagal, Demokrasi, menang, menang”.
Di tengah gejolak itu, militer Myanmar menangkap Sean Turnell, warga Australia yang juga penasihat ekonomi Aung San Suu Kyi. Dia menjadi warga asing pertama yang ditangkap sejak kudeta pada Senin lalu.
Dikutip dari Reuters, Minggu (7/2/2021), Turnell menyatakan dirinya ditahan pada Sabtu tanpa mengetahui apa kesalahannya.
“Saya kira Anda akan segera mendengar, tapi saya ditahan. Dituntut atas sesuatu, tapi tidak yakin apa. Saya baik-baik saja dan kuat dan tidak bersalah atas apa pun,” katanya, dalam pesan kepada Reuters.
Kementerian Luar Negeri Australia menyatakan keprihatinannya atas penangkapan tersebut.
“Sangat prihatin dengan laporan warga Australia dan warga asing lainnya yang ditahan secara sewenang-wenang di Myanmar. Kedutaan Besar Australia di Yangon terus menghubungi warga Australia di Myanmar untuk memastikan keselamatan mereka, sejauh komunikasi memungkinkan,” bunyi pernyataan, tanpa menyebut nama Turnell.
Turnell merupakan profesor ekonomi dari Universitas Macquarie Sydney. Dia bekerja untuk Suu Kyi sejak beberapa tahun lalu.
Sementara itu pemerintahan Myanmar hasil kudeta memblokir internet untuk membendung unjuk rasa menentang kudeta yang berlangsung di berbagai kota, termasuk Yangon.
Pada Sabtu malam sempat beredar rumor Suu Kyi dibebaskan, namun segera dibantah pengacaranya.
Warga mengatakan, pesan itu dibagikan oleh media yang dikelola militer, Myawaddy.
Pengacara Suu Kyi, Khin Maung Zaw, membantah pemimpin berusia 75 tahun itu dibebaskan dan mengatakan masih dalam tahanan.
Kelompok pemantau NetBlocks Internet Observatory melaporkan, pemblokiran internet secara nasional membuat konektivitas turun hingga 16 persen dari normal. (ATN)
Discussion about this post