ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan Uni Eropa (UE) kembali melanjutkan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (RI-EU CEPA) yang memasuki putaran ke-9 pada 2-6 Desember 2019 di Brussel, Belgia. Pemerintah memastikan fokus perjanjian yang diselesaikan harus seimbang.
“Saya mendapat mandat dari Presiden RI untuk mengawal dan memastikan agar perundingan dagang yang dinegosiasikan Indonesia saat ini dapat diselesaikan segera, termasuk IEU-CEPA. Oleh karena itu, saya hadir di Brussels memonitor langsung proses perundingan serta bertemu dengan tim perunding kedua pihak. Saya optimistis perundingan ini segera selesai,” terang Wakil Menteri Perdagangan RI Jerry Sambuaga melalui keterangan tertulisnya, Kamis (5/12/2019).
Menurut Jerry, kedua negara harus tetap fokus membentuk perjanjian yang seimbang dan saling menguntungkan di tengah situasi dunia yang tidak pasti. Hal itu penting lantaran saat ini terjadi friksi dagang di antara ekonomi utama dunia, adanya sentimen antiasing, desakan gerakan populis, serta keraguan terhadap sistem perdagangan multilateral di bawah naungan World Trade Organization (WTO).
“EU merupakan mitra penting Indonesia, baik sebagai tujuan ekspor maupun sumber investasi. Melalui CEPA dengan EU ini diharapkan hubungan perdagangan, investasi, serta kerja sama antara Indonesia dan EU dapat ditingkatkan. Ini adalah kesempatan kita untuk mendapatkan akses pasar dan investasi yang luas di masa depan,” ungkap Jerry.
Namun demikian, Jerry menambahkan, terkait sengketa perdagangan yang diangkat oleh Indonesia dan EU di WTO tidak akan menunda perundingan. Sebab, hal tersebut dinillai merupakan hak setiap negara untuk menggunakan mekanisme yang ada.
Lebih lanjut, sebelum membuka perundingan, Jerry melakukan pertemuan khusus dengan Ketua Runding EU Helena Konig. Pertemuan ini dihadiri juga oleh Ketua Runding Indonesia dan Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo.
Dalam pertemuan tersebut, Helena menanggapi pernyataan Jerry tentang minyak kelapa sawit. Helena menyatakan EU memahami pentingnya minyak kelapa sawit bagi Indonesia. Helena juga menyampaikan Parlemen Eropa maupun Kabinet EU yang baru semakin fokus pada agenda hijau baik secara internal maupun eksternal.
Tanggapan itu pun dinilai merupakan kesempatan baik bagi Indonesia untuk merundingkan bab perdagangan dan pembangunan berkelanjutan yang lebih kuat.
Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Made Ayu Marthini mengatakan sejak awal minyak kelapa sawit menjadi bagian integral perundingan. Negosiasi difokuskan terkait liberalisasi tarif bea masuk, pembahasannya dilakukan oleh Kelompok Kerja Perdagangan Barang.
“Kelompok tersebut merundingkan semua penurunan dan penghapusan pos tarif. Sedangkan aspek sustainability dibahas oleh kelompok kerja perdagangan dan pembangunan berkelanjutan,” kata Made.
Perdagangan Indonesia-Uni Eropa tercatat masih cukup positif sebagai tujuan ekspor dan asal impor nonmigas terbesar ke-3 bagi Indonesia. Pada 2018, nilai ekspor dan impor Indonesia ke Uni Eropa masing-masing sebesar USD17,1 miliar dan USD14,2 miliar.
Adapun total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencapai USD31,2 miliar atau meningkat 8,29 persen dibandingkan periode yang sama di 2017 (YoY).
Selain itu, ekspor Indonesia ke Uni Eropa juga meningkat 4,59 persen dengan neraca perdagangan surplus bagi Indonesia selama kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara nilai investasi Uni Eropa di Indonesia tercatat senilai USD3,2 miliar pada 2017. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post