ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia mencatat neraca dagang Indonesia pada November 2020 mengalami surplus USD2,62 miliar. Angka itu berasal dari selisih nilai ekspor Indonesia USD15,28 miliar dan impor USD12,66 miliar.
Ekonom Core Piter Abdullah menilai surplusnya neraca dagang surplus hingga USD2,62 miliar akan membuat aliran modal asing semakin deras.
“Hal ini akan mengurangi risiko investasi di indonesia. Aliran modal ke Indonesia bisa diharapkan lebih besar masuk,” kata Piter, di Jakarta, Selasa (15/12/2020).
Menurut dia, surplus neraca perdagangan disebabkan oleh tumbuhnya ekspor sementara impor Masih tertahan oleh pandemi. Ekspor bisa Lebih awal bangkit karena beberapa negara tujuan ekspor sudah mulai pulih perekonomian nya seperti China.
“Di sisi lain juga terjadi kenaikan harga komoditas ekspor indonesia khususnya batubara, nikel dan CPO,” jelasnya.
Dampak positif tersebut diatas baru bisa terwujud apabila trend surplus neraca perdagangan bisa dijaga.
“Juga surplus current account bisa dipertahankan dalam jangka panjang,” jelasnya.
Ekspor Indonesia November Capai USD15,28 Miliar
BPS mencatat angka ekspor Indonesia sebesar USD15,28 miliar pada November 2020. Ekspor ini mengalami kenaikan sebesar 6,36 persen dibandingkan Oktober 2020.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, nilai ekspor November ini menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2020. Bahkan apabila ditarik ke belakang, ekspor ini tertinggi sejak Oktober 2018 yang saat itu tercatat sebesar USD 15,91 miliar.
“Perkembangan ekspor ini menggembirakan. Pasalnya apabila dibandingkan dengan Oktober berarti terjadi kenaikan 6,36 persen. Dan kalau dibandingkan tahun 2019 mengalami kenaikan tinggi 9,54 persen,” ujar dia dalam paparan secara virtual, Selasa (15/12/2020).
Dia menjelaskan kenaikan nilai ekspor secara bulanan dipengaruhi oleh meningkatnya beberapa harga komoditas migas dan non migas. Pihaknya mencatat harga komoditas minyak mentah Indonesia selama Oktober ke November 2020 naik dari USD 38,07 per barel menjadi USD 40,67 per barel.
“Beberapa komoditas non migas juga naik harganya seperti minyak kernel, seng, alumunium, batubara, karet, dan tembaga. Dan lemak dan hewan nabati, bahan bakar mineral, biji baja, mesin, dan peralatan mekanis,” urainya.
Kemudian, harga batubara pada bulan ini naik sebesar 7,57 persen month to month. “Dan ada juga komoditas non migas yang turun seperti emas dan perak,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post