ASIATODAY.ID, JAKARTA – Setelah 84 Tahun eksis, salah satu perusahaan yang mempelopori produk kamera yakni Olympus Corporation akhirnya menyerah dan bakal menjual divisi bisnis kameranya.
Pabrikan Jepang itu mengumumkan rencana penjualan divisi kamera kepada perusahaan ekuitas swasta, Japan Industrial Partners Inc.
Japan Industrial Partners sebelumnya membeli kelompok divisi laptop Vaio, salah satu lini andalan Sony Corp enam tahun lalu dan mengubahnya menjadi Vaio Corp.
Alasannya, bisnis kamera terus menyusut selama dekade terakhir, membuat 5,5 persen dari pendapatan untuk tahun fiskal perseroan menyusutdan menyebabkan kerugian operasional selama tiga tahun terakhir.
Peralatan medis seperti endoskopi sekarang mengisi kekosongan penjualan Olympus dan berkontrubusi sekitar empat perlima dari total penjualan tahunan.
“Strategi pemangkasan biaya untuk mengatasi pasar kamera digital yang terpukul parah, antara lain karena penyusutan pasar dan evolusi smartphone”, kata Olympus melansir Bloomberg, Kamis (26/6/2020).
Meski demikian, perusahaan tidak mengungkapkan nilai kesepakatan dari transaksi yang ditutup pada akhir September 2020 itu.
Sebuah perusahaan baru akan diciptakan untuk menjalankan bisnis kamera sebagai penerus merek-merek terkemuka seperti OM-D dan ZUIKO. Perusahaan tersebut akan memanfaatkan teknologi inovatif dan produk unik yang telah dikembangkan dalam Olympus.
Bersama dengan Panasonic Corp, Olympus mempopulerkan format Micro Four Thirds fotografi digital, yang menggabungkan portabilitas kamera kasual point-and-shoot dengan kualitas peralatan yang lebih profesional.
Sejarah Olympus
Perusahaan mengatakan telah mengerahkan segala upaya terbaiknyaa di tengah pasar kamera digital yang sudah sangat parah dan tak lagi menguntungkan.
Kehadiran ponsel pintar dinilai sebagai faktor utama menyusutkan pasar kamera. Alhasil, Olympus mengkalim telah merugi selama tiga tahun terakhir.
Olympus pertama kali memproduksi kamera pada tahun 1936, setelah selama bertahun-tahun berkutat dalam pembuatan mikroskop. Berkat inovasinya ini, perusahaan akhirnya berhasil mengembangkan bisnis kamera selama beberapa dekade dan menjadi salah satu perusahaan teratas dengan kepemilikan pangsa pasar terbesar.
“Ada banyak yang menyayangkan Olympus dan mengharapkannya segera kembali,” kata Editor Majalah Amateur Photographer, Nigel Atherton.
Tahun 1970-an merupakan titik puncak, dengan kamera mereka diiklankan di televisi oleh fotografer selebriti seperti David Bailey dan Lord Lichfield.
“Kamera-kamera itu revolusioner, mereka sangat kecil, sangat ringan dan dirancang dengan indah, memiliki lensa berkualitas sangat bagus,” ujar Atherton.
Beberapa konsumen tetap setia dengan produk perusahaan, meskipun ada masalah dengan teknologi baru seperti autofocus. Tetapi Olympus kembali berinovasi dengan kamera digital, yang mana mereka merupakan salah satu pengadopsi awal jenis kamera ini.
Perusahaan bahkan menargetkan kamera mirrorless untuk pasar menengah yakni untuk pengguna yang bukan fotografer, namun tetap menginginkan bidikin kamera tajam seperti DSLR.
Namun, Atherton menilai Olympus dalam beberapa tahun terakhir tampak tak memiliki kemajuan berarti dalam mengantisipasi disrupsi teknologi.
Salah satu contohnya yakni kurangnya terobosan dalam kinerja video, di mana para pesaingnya bahkan telah lebih maju.
Perusahaan juga menghadapi skandal keuangan besar yang melibatkan eksekutif senior pada 2011. (ATN)
Discussion about this post