ASIATODAY.ID, MAKASSAR – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo mengatakan potensi sektor Perikanan khususnya Udang di Indonesia sangat melimpah namun belum maksimal di pasar ekspor.
Saat ini, Indonesia masih berada di urutan kelima dunia.
“Nilai ekspor udang belum begitu luar biasa dan ini yang harus kita maksimalkan,” terang Edhy saat meresmikan industri pembibitan udang dan ikan di Dusun Jalange, Kelurahan Mallawa, Kabupaten Barru, Minggu (1/12/2019).
Menteri Edhy mengatakan, saat ini KKP menargetkan ada peningkatan kontribusi devisa ekspor yang lebih signifikan dari komoditas udang.
“Kita menargetkan nilai ekspor udang meningkat hingga 250% di tahun 2024,” paparnya.
Menurut Menteri Edhy, dalam RPJMN 2020– 2024, pengembangan udang dengan sistem kluster menjadi salah satu prioritas KKP. Pemerintah akan fokus pada kebijakan dan regulasi investasi udang sehingga investasi akan lebih mudah.
“Kurang lebih sebulan ini, saya berkeliling ke sentral sentral produksi perikanan. Tentu tujuannya untuk mendengar masukan, keluhan dari stakeholders sebagai bahan referensi kami dalam menyusun arah kebijakan sektor kelautan dan perikanan. Saya tidak ingin, sebuah aturan tiba-tiba dibuat tanpa melihat dan mendengar langsung di lapangan,” jelasnya.
Menteri Edhy menambahkan, Presiden tengah merancang penyederhanaan regulasi melalui kebijakan omnibus law, sebagai upaya menghilangkan tumpang tindih aturan dan birokrasi. Setidaknya ada 11 klaster kebijakan omnibus law untuk Cipta Lapangan Kerja, dua di antaranya yakni penyederhanaan perizinan investasi dan pengembangan inovasi dan riset.
“Kita berharap kebijakan ini akan berdampak terhadap peningkatan investasi budidaya dan mampu mengakselerasi pengembangan budidaya di kawasan-kawasan potensial,” urainya.
“Tentu akan banyak sektor yang terlibat, mulai dari obat, peralatan, serta penyerapan tenaga kerja sehingga akan banyak diperlukan investasi di sektor ini,” lanjut Menteri Edhy.
Menteri Edhy bertekad mengembalikan kejayaan Indonesia di sektor budidaya udang. Ia menilai, sudah sewajarnya ekspor udang digenjot mengingat udang memberikan share devisa hingga 40% dari total ekspor produk perikanan nasional. Tahun 2017 misalnya, nilai ekspor udang Indonesia mencapai USD1,47 miliar.
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan KKP guna mendukung pengembangan budidaya tambak udang di Indonesia. Beberapa dituangkan dalam program prioritas di antaranya budidaya udang berbasis klusterisasi, Pengelolaan Irigasi Tambak Partisipatif (PITAP), bantuan induk bermutu dan benih unggul, serta bantuan eksavator.
Budidaya udang berbasis kluster merupakan bagian upaya KKP dalam mengembangkan prinsip budidaya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan prinsip kluster, pengelolaan budidaya udang dilakukan dalam satu kawasan dengan manajemen teknis dan usaha yang dikelola secara bersama. Tujuannya untuk meminimalisir kegagalan dan meningkatkan produktivitas namun tetap ramah lingkungan.
Adapun PITAP dilakukan untuk meningkatkan fungsi jaringan saluran irigasi tambak milik pembudidaya yang mengalami penurunan. Dukungan infrastruktur ini akan meningkatkan luas lahan tambak yang terfasilitasi sumber daya air yang baik, sehingga berdampak terhadap peningkatan produksi budidaya. Di samping itu PITAP akan mempermudah aksesibilitas dan konektivitas dalam pengembangan perikanan budidaya.
“Kita ingin daya saing udang kita naik dan target saya yakni memperluas pasar dan meningkatkan supply share kita di pasar ekspor. Ini tantangan kita ke depan,” katanya.
Oleh karena itu, KKP mendorong stakeholders perudangan nasional untuk konsisten dalam memenuhi persyaratan non tariff barrier melalui penerapan Indonesian Good Aquaculture Practice (IndoGAP), yang memuat cara budidaya ikan yang baik juga cara pembenihan ikan yang baik guna menjamin keberlanjutan pengembangan udang di Indonesia.
Pembudidaya diminta untuk mulai menghindari penggunaan induk atau calon induk udang dari tambak untuk mengantisipasi sebaran penyakit.
Penataan sistem produksi diarahkan agar lebih integratif dan efisien yakni melalui pengembangan broodstock center, naupli center, baik milik pemerintah maupun swasta dengan menghasilkan induk dan benur dengan performa bagus. Untuk mewujudkannya diperlukan pembangunan sistem logistik benur, sehingga para pembudidaya udang mendapatkan benur berkualitas dengan harga yang efisien.
Menteri Edhy juga mengimbau pelaku usaha untuk mengembangkan inovasi teknologi dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
Sementara, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengungkapkan jika PT. Esaputlii Prakarsa Utama merupakan penyuplai udang terbesar di Indonesia. Dengan industri pembibitan udang dan ikan seluas 17 hektar.
Dikatakan, udang vannamae di Sulsel mulai dikenal sejak tahun 2003, dengan ekspor yang dihasilkan sebesar 7.055 ton tahun 2008. Karena itu sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu tulang punggung untuk mendongkrak ekonomi Sulsel.
“Potensi tambak di Sulsel cukup besar, yaitu sebanyak 9.600 hektare yang efektif untuk budidaya udang vannamae,” tandas Andi Sudirman. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post