ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memperkuat komunike multi pihak dalam upaya memacu akselerasi ekspor.
Dalam rangka itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) kembali menyelenggarakan pertemuan informal dengan pengusaha dan eksportir Indonesia.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Kemlu Ina Krisnamurthi menjadi pembicara utama dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Direktur Utama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) James Rompas, Kepala Lembaga National Single Window (LNSW) Agus Rofiudin, Direktur Eksekutif Bank Indonesia Peter Jacobs dan perwakilan perusahaan PT Trimitra Baterai Prakasa.
“Kolaborasi antara Pemerintah dan pengusaha penting dalam pelaksanaan diplomasi ekonomi serta upaya untuk menembus kawasan pasar-pasar prospektif.” Jelas Ina, sebagaimana keterangan tertulisnya, Senin (17/2/2020).
Pada kesempatan itu, Ina menekankan 3 elemen penting dalam peningkatan ekspor yaitu kesiapan bisnis, market intelligence serta promosi yang tepat sasaran.
“Yang terpenting adalah fokus pada produk dan target yang konkrit,” jelas Ina.
Pertemuan kali ini juga membahas masukan-masukan para pengusaha kepada Pemerintah dalam membantu calon eksportir, seperti misalnya penyederhanaan perizinan, penyediaan lahan bagi produk pertanian, serta perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai negara untuk mengurangi bea masuk. Para peserta juga berharap agar pertemuan yang bersifat dua arah ini terus dilanjutkan guna mempererat komunikasi antar pelaku usaha dengan pemerintah dan sehingga terbangun sinergi yang positif.
Forum informal ini merupakan wadah yang difasilitasi oleh Kemlu guna membahas berbagai peluang doing business dalam meningkatkan ekspor Indonesia ke luar negeri.
Ekspor Turun Tajam
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan perkembangan kinerja perdagangan Indonesia selama Januari 2020 yang mencapai USD13,41 miliar. Angka tersebut turun 7,16 persen dibanding kinerja ekspor Desember 2019.
“Demikian pula bila dibandingkan pada Januari 2019, ekspor Januari 2020 menurun 3,71 persen,” jelas Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Menurut Suhariyanto, ekspor pada Januari mengalami penurunan karena sektor migas dan nonmigas mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan Desember 2019. Sektor migas turun sebesar 28,73 persen sedangkan nonmigas juga turun sebesar 5,33 persen.
“Ekspor migas pada Juni sebesar USD0,81 miliar dan nonmigas sebesar USD12,61 miliar,” paparnya.
Berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16 persen dibanding bulan yang sama 2019. Demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15 persen.
Kemudian industri pertanian dan industri pengolahan juga mengalami penurunan masing-masing sebesar USD0,30 miliar dan USD10,52 miliar atau turun 20,24 persen dan 3,13 persen secara mtm. Sementara itu, pada sektor pertambangan dan lainnya juga alami penurunan sebesar 14,14 persen dengan nilai ekspor USD1,79 miliar.
Adapun, ekspor nonmigas Januari 2020 terbesar masih ke China yaitu USD2,10 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,62 miliar dan Jepang USD1,12 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,41 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,18 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD2,34 miliar (17,47 persen), diikuti Jawa Timur USD1,58 miliar (11,76 persen), dan Kalimantan Timur USD1,26 miliar (9,38 persen). (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post