ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi global wabah coronavirus (Covid-19) turut mempengaruhi laju pemanasan global dan perubahan iklim.
Jurnal Nature belum lama ini mengungkap fakta mengejutkan mengenai lubang ozon Bumi mulai pulih akibat efek pemanasan global.
Seperti diketahui, lubang ozon Bumi merupakan perlindungan di bagian statosfer Bumi. Lapisan ini berfungsi untuk menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet yang dipancarkan dari matahari.
Karena hal ini, tertutupnya lubang ozon Bumi ini tentu adalah kabar baik. Hal ini menandakan bahwa Bumi sedang memperbaiki diri.
Mengutip Science Alert, tertutupnya lubang ozon Bumi ini tanda bahwa rusaknya atmosfer Bumi karena pemanasan global perlahan-lahan membaik. Fakta bahwa lubang ozon Bumi sempat rusak tentu membahayakan kehidupan manusia di Bumi.
Lapisan ozon dapat rusak karena penggunaan zat chlorofluorocarbon atau CFC di masa lalu. Sempat begitu berbahaya, di tahun 1987 perjanjian internasional Protokol Montreal dikeluarkan untuk melarang penggunaan zat CFC.
Baru di tahun 2000, keadaan lubang ozon Bumi mulai membaik karena berkurangnya penggunaan zat CFC. Protokol Montreal benar membantu memulihkan keadaan lubang ozon Bumi saat itu.
Bekerja sama dengan jet stream C02, akhirnya ozon secara perlahan mulai pulih saat terjadinya tarik menarik ke utara dan selatan. Proses tarik menarik yang seimbang membuat lubang ozon Bumi dalam masa pemulihan.
Pulihnya lubang ozon Bumi akan berpengaruh pada iklim global serta memperbaiki kerusakan, seiring berjalannya waktu terus dilakukan manusia pada Bumi.
Hal ini terasa benar dengan terjadinya perubahan iklim di belahan Bumi selatan khususnya mengenai pola sirkulasi udara. Aliran jet stream arus angin perlahan bergeser ke Kutub Selatan dalam beberapa waktu belakangan ini.
Salah seorang peneliti dari Universitas Colorado Boulder, Antara Banerjee mengaku menggunakan data dari pengamatan satelit dan simulasi iklim untuk mendeteksi pemulihan ozon. Banerjee dkk juga memodelkan perubahan pola angin terkait dengan pemulihan lapisan ozon.
Dengan metode itu, Banerjee menyampaikan pemulihan ozon sebagian besar berkat Protokol Montreal yang disepakati secara internasional pada tahun 1987, yang melarang produksi zat perusak ozon, seperti CFC.
“Kami menemukan tanda perubahan iklim di belahan Bumi selatan, terutama pada pola sirukulasi aliran udara,” tuturnya.
Menurut Banerjee, penyusutan lubang ozon berkat Perjanjian Montreal yang disepakati pada 1987. Perjanjian itu yang untuk mengurangi pengunaan CFC itu dinilai telah berhasil membalikkan kerusakan yang telah dilakukan manusia terhadap planet bumi.
“Jika kita tetap mematuhi protokol ini maka lubang ozon diproyeksikan untuk pulih. Di beberapa daerah, kami pikir itu mungkin terjadi dalam beberapa dekade mendatang dan di tempat lain jauh di akhir abad ini,” ujarnya.
Ia memperkirakan kembalinya kondisi ozon seperti tahun 1980-an baru bisa terjadi sekitar 2030 di belahan bumi utara. Sementara untuk belahan bumi selatan pada 2050, dan lapisan ozon di Antartika baru bisa pulih pada akhir 2060-an.
Melansir New Scientist, lubang ozon membuat arus udara yang disebut aliran jet garis lintang di belahan bumi selatan secara bertahap bergeser ke Kutub Selatan sebelum tahun 2000.
Namun, berdasarkan studi yang mereka lakukan, aliran jet ini berhenti sejak 2000 dan bahkan berbalik arah. Berhentinya pergerakan in dimulai ketika lubang ozon membaik.
Martyn Chipperfield dari Universitas Leeds yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan telah melihat tanda-tanda bahwa lapisan ozon sedang pulih dan menilai penelitian itu merupakan langkah selanjutnya untuk melihat efek dari pemulihan ozon terhadap perubahan iklim.
Menurutnya, bukan hanya pulihnya lapisan ozon yang berpengaruh pada aliran jet ini. Kadar karbondioksida juga memiliki peran.
Pada 2000 ketika aliran jet terhenti sementara, saat itu terjadi keseimbangan antara kadar karbondioksida yang mengalirkan udara ke selatan dan pemulihan ozon yang mendorong aliran jet ke utara.
Melansir The Independent, efek dari aliran yang berhenti sementara ini bervariasi di tiap wilayah. Sebagai contoh di Australia sebelum tahun 2000, diperkirakan musim gugur lebih kering dari saat ini. Sebab, aliran jet ini mendorong badai yang membawa hujan dari wilayah itu.
Chipperfield mengatakan penting untuk mengetahui aspek mana dari perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dioksida dan akibat lubang di ozon. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post