ASIATODAY.ID, SEMARANG – Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Jawa Tengah dan Yogyakarta mencapai 2 juta orang pada 2020. Artinya, potensi devisa yang bisa diraih sekitar US$2 miliar atau Rp30 triliun.
“Potensi pemasukan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun, beredar di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pendapatan ini tentunya akan lebih banyak ke masyarakat,” paparnya dalam siaran pers, Jumat (23/8/2019).
Menurut Arief, untuk mencapai target itu perlu kedua daerah itu perlu melakukan percepatan pembangunan dari sisi atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Di samping pengembangan tersebut, faktor penentu keberhasilan pariwisata adalah akses.
Bandara Adisutjipto Yogyakarta sebagai akses utama sudah melampaui kapasitas dari normalnya 1,5 juta penumpang menjadi 6 juta penumpang. Peningkatan load factor hingga 4 kali lipat ini tentunya dapat menjadi masalah.
Oleh karena itu, Kemenpar juga akan mengecek kesiapan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, untuk menunjang akses kedatangan wisman.
Pemerintah memberikan anggaran tambahan sebesar Rp6,4 triliun untuk lima destinasi super prioritas, termasuk kawasan Borobudur sebesar Rp1,5 triliun. Dana tersebut digunakan sebagai pengembangan infrastruktur dasar yang diharapkan rampung pada 2020.
“Tahun lalu, Kementerian PUPR menganggarkan untuk sektor pariwsata di Borobudur Rp300 miliar, dan naik 5 kali lipat pada 2020. Untuk itu Pemerintah daerah harus memanfaatkan dengan baik. Targetnya infrastruktur dan utilitas dasar harus selesai 2020,” ungkap Arief.
Direktur Utama Badan Otoritas Borobudur (BOB) Indah Juanita mengatakan, pihaknya juga mengembangkan konsep Glamorous Camping atau glamping di Kec. Loano, Kab. Purworejo. Dalam glamping, segala kemewahan penginapan tetap ada tanpa kehilangan sensasi berkemah.
“Di sini nanti yang akan kita bangun pameran nomadic, ada rumah pohon sama homepod jadi itu tipe-tipe nomadic tourism, terus kami juga akan bikin green house yang bisa memproduksi anggrek khas Perbukitan Menoreh,” tuturnya.
Dia menjelaskan, BOB berusaha agar lingkungan masyarakat bisa dilibatkan dalam setiap pengembangan pariwisata setempat. Hal itu juga bertujuan menjaga kearifan lokal.
“Kita pakai sumber yang ada di sini. Terus menjaga kearifan lokal termasuk makanan khas atau permainan anak-anak itu juga kearifan lokal,” imbuhnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post