ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah laporan yang diterbitkan oleh koalisi Non Govermental Organization (NGO) bertajuk “Fossil Fuel Finance Report 2021” menyebutkan bahwa sebanyak 60 bank terbesar di dunia telah mengeluarkan dana sekitar USD3,8 triliun kepada perusahaan bahan bakar fosil sejak Perjanjian Paris (Paris Agreement) ditandatangani pada 2015.
Menurut laporan tersebut, kendatipun pandemi Covid-19 mengurangi penggunaan energi, pendanaan secara keseluruhan tetap dalam tren yang meningkat. Pembiayaan bank yang disediakan pada 2020 lebih tinggi dibanding pada 2016 atau 2017.
Dari 60 bank yang masuk analisis koalisi NGO itu, 13 diantaranya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang menyumbang hampir setengah dari pembiayaan bahan bakar fosil global selama lima tahun terakhir.
JPMorgan Chase menyediakan lebih banyak pendanaan daripada bank lain. Bank Inggris Barclays menyediakan pembiayaan bahan bakar fosil paling banyak di antara semua bank Eropa dan bank Prancis BNP Paribas adalah yang terbesar di Uni Eropa. Pembiayaan keseluruhan turun 9 persen pada 2020 yang dilanda pandemi, tetapi pendanaan untuk 100 perusahaan bahan bakar fosil dengan rencana ekspansi terbesar justru naik 10 persen.
Citi adalah pemodal terbesar dari 100 perusahaan ini pada 2020. Alison Kirsch, di Rainforest Action Network dan penulis laporan mengatakan tren selama lima tahun ke belakang masih menunjukkan arah yang salah dan berlawanan dengan tujuan Perjanjian Paris.
Laporan itu juga menunjukkan komitmen yang lemah untuk menjadi bebas karbon pada 2050 yang dibuat oleh 17 dari 60 bank. Beberapa bank memiliki kebijakan yang memblokir pembiayaan untuk batu bara, bahan bakar fosil terkotor, tetapi hampir dua pertiga pendanaannya untuk perusahaan minyak dan gas.
Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa penargetan bank oleh juru kampanye dan pemegang saham aktivis dapat membantu mengubah kebijakan bank, tetapi tindakan oleh pemerintah juga diperlukan.
“Tak satu pun dari 60 bank ini yang telah membuat, tanpa celah, rencana untuk keluar dari bahan bakar fosil,” katanya seperti dilansir The Guardian, Senin (19/4/2021).
Selain itu, hasil yang mengejutkan dari data 2020 adalah BNP Paribas, bank yang membanggakan kredensial ramah lingkungannya dan anak perusahaannya di AS, Bank of the West, masuk sebagai pemasok modal fosil terbesar dengan USD41 miliar yang disediakan sejauh ini.
Seorang juru bicara BNP Paribas mengatakan laporan tersebut telah menempatkan bank tersebut di peringkat kedua untuk kekuatan pembatasannya pada pembiayaan batu bara, fracking dan pasir tar.
“Selama krisis Covid-19, semua sektor ekonomi membutuhkan dukungan dan BNP Paribas, seperti bank lain, memainkan peran penting dalam menstabilkan perekonomian. Namun, BNP Paribas mendukung sektor minyak dan gas lebih rendah daripada sektor kegiatan lainnya,” kata juru bicara itu.
Sementara itu, seorang juru bicara Barclays mengatakan pihaknya telah membuat komitmen untuk menyelaraskan seluruh portofolio pembiayaan dengan tujuan Perjanjian Paris, dengan target spesifik dan pelaporan transparan, dalam proses untuk mencapai ambisi menjadi bank nol karbon pada 2050.
JPMorgan dan Citigroup Tetapkan Target Pembiayaan Hijau
Sementara itu, JPMorgan Chase & Co. telah menargetkan untuk membiayai USD2,5 triliun pada upaya memerangi perubahan iklim selama 10 tahun ke depan. Sementara Citigroup Inc. mengatakan akan mendukung upaya serupa senilai USD1 triliun pada 2030. Menurut laporan “Fossil Fuel Finance Report 2021”,
JPMorgan Chase merupakan bank nomor satu yang memasok pembiayaan ke sektor fosil, dengan total USD317 miliar antara 2016 dan 2020. Sementara itu, Citi berada di urutan kedua dengan total pembiayaan USD237 miliar pada rentang tahun yang sama. Dikombinasikan dengan pengumuman sebelumnya oleh Bank of America Corp., tiga pemberi pinjaman terbesar AS semuanya telah berkomitmen untuk mendukung lebih banyak proyek yang memajukan ekonomi rendah karbon di tengah seruan oleh Gedung Putih agar bisnis berbuat lebih banyak untuk mengekang polusi.
Komitmen JPMorgan termasuk USD1 triliun untuk proyek-proyek yang mendukung sumber energi yang lebih bersih. Bank itu juga akan mendukung negara berkembang serta inisiatif yang memajukan inklusi ekonomi.
Citigroup mengatakan setengah dari targetnya akan digunakan untuk proyek lingkungan, termasuk energi terbarukan, konservasi air dan pertanian berkelanjutan. Sebagian besar lainnya ditujukan untuk pendidikan, perumahan yang terjangkau, kesetaraan gender, serta keragaman ras dan etnis.
“Perubahan iklim dan ketidaksetaraan adalah dua masalah kritis di zaman kita, dan upaya baru ini akan membantu menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang mengarah ke planet yang lebih hijau dan investasi penting dalam komunitas yang kurang terlayani,” kata Jamie Dimon, Kepala Eksekutif JPMorgan, dalam pernyataannya, dilansir Bloomberg, Senin (19/4/2021).
Dimon menulis dalam surat pemegang saham tahunannya bahwa solusinya tidak sesederhana meninggalkan bahan bakar fosil. JPMorgan mengatakan komitmennya juga akan memungkinkannya untuk menyediakan klien korporasi dan bank investasi dan bisnis perbankan komersial dengan akses terpusat ke pembiayaan yang berfokus pada keberlanjutan, penelitian dan layanan konsultasi. Inisiatif hijau senilai USD1 triliun akan mencakup energi terbarukan dan teknologi bersih.
“Penting untuk menetapkan ekspektasi pada klien kami dalam 10 tahun ke depan, tetapi juga sangat penting bagi kami untuk mendukung mereka dalam transisi rendah karbon mereka,” kata Kepala Keberlanjutan Global JPMorgan Marisa Buchanan.
Menurut pernyataan dari perusahaan, pada 2020 JPMorgan memfasilitasi USD220 miliar pembiayaan untuk mendorong tindakan terhadap perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, termasuk lebih dari USD55 miliar menuju inisiatif hijau.
Adapun upaya Citigroup adalah bagian dari upaya untuk menyelaraskan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Sasaran terbaru bank dibangun di atas komitmen sebelumnya untuk membiayai USD250 miliar kegiatan berkelanjutan pada 2025.
“Seperti yang telah dijelaskan oleh pandemi, kesehatan ekonomi dan fisik kita, lingkungan kita dan stabilitas sosial kita semuanya terkait erat. Saat ini, saat kita melihat ke arah bangkit dan membangun kembali dari pandemi Covid-19, lebih penting dari sebelumnya bahwa kita menangani prioritas ini bersama-sama,” kata Ed Skyler, kepala urusan publik global di Citigroup. (ATN)
Discussion about this post