ASIATODAY.ID, JAKARTA – Meluasnya penyebaran coronavirus (covid-19) berdampak signifikan terhadap perdagangan global. Pola perdagangan global menjadi berubah akibat supply dan demand yang terganggu.
Selain itu pelarangan ekspor impor beberapa komoditas pangan dan kesehatan, perubahan pusat rantai pasok global, peningkatan biaya logistik, hingga ancaman resesi ekonomi global membuat kerja sama perdagangan menjadi tidak berjalan efektif selama pandemi.
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengakui, selama masa pandemi covid-19 seluruh Perwakilan Perdagangan RI yaitu Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di 33 negara termasuk Kamar Dagang, serta Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) kesulitan untuk melakukan pameran dan mengumpulkan para buyer.
“Pembatasan sosial maupun lockdown yang diberlakukan dihampir seluruh negara telah membuat upaya menjalin kerja sama perdagangan tidak berjalan efektif,” ujar Agus dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (7/5/2020).
Meskipun demikian, Mendag terus berupaya untuk tetap mendorong ekspor dengan memanfaatkan potensi permintaan yang ada saat pandemi ini, seperti produk makanan dan alat kesehatan bila kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi.
Pandemi juga berdampak bagi perdagangan nasional. Antara lain potensi inflasi barang pokok akibat terganggunya logistik dan distribusi, terganggunya perdagangan antarpulau, perubahan pola konsumsi masyarakat, daya beli masyarakat melemah, hingga transaksi dagang dan omzet pedagang kecil yang merosot tajam.
Agus menegaskan pihaknya akan terus memastikan kebutuhan barang pokok tercukupi. Perdagangan juga akan tetap berjalan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi.
“Jadi tidak perlu panik dalam berbelanja di bulan Ramadan dan menyambut Idulfitri. Belanjalah sesuai dengan kebutuhan agar stok yang tersedia mencukupi dengan harga yang terjangkau untuk seluruh masyarakat,” tutup Agus. (ATN)
Discussion about this post