ASIATODAY.ID, TAIPEI – Situasi kembali tegang antara Tiongkok dengan Taiwan. Pasalnya, pesawat militer Tiongkok kian intens ‘mengepung’ wilayah udara Taiwan.
Menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan (MND) sebagaimana dilansir dari Kementerian Luar Negeri (MOFA), Senin (25/1/2020), pesawat militer Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) telah memasuki wilayah udara barat daya Taiwan tanpa izin, dengan mengerahkan kekuatan udara berskala besar selama dua hari berturut-turut.
Menurut “Platform Pembaruan Kegiatan Militer Waktu Nyata (real-time update of military activity platform)” Kementerian Pertahanan Nasional (MND), gangguan ini dilakukan oleh 12 pesawat tempur, terdiri dari Su-30, J-10, dan J-16, serta tiga pesawat berkecepatan rendah, Y-8. Pesawat-pesawat ini memasuki kawasan luar barat daya wilayah udara Taiwan pada tanggal 24 Januari.
Sehari sebelumnya, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok juga mengirim 8 pesawat pengebom H-6K dan 4 pesawat tempur J-16 ke kawasan ADIZ Taiwan.
Menurut “Platform Pembaruan Kegiatan Militer Waktu Nyata” milik Kementerian Pertahanan Nasional, Partai Komunis Tiongkok mengirim 2 pesawat anti-kapal selam Y-8, 2 pesawat tempur Su-30, 4 pesawat tempur J-16, 6 pesawat tempur J-10, dan 1 pesawat pengintai teknis Y-8, total 15 pesawat militer, untuk memasuki wilayah udara barat daya Taiwan tanpa izin pada tanggal 24.
Bahkan, pesawat anti kapal-selam Y-8 juga hampir mendekati batas selatan ADIZ Taiwan, dengan jarak jangkau yang lebih jauh.
Menanggapi pelanggaran tersebut, tentara nasional Taiwan mengirimkan pasukan patroli udara untuk memberi peringatan, dan menyiagakan sistem rudal pertahanan udara untuk melacak pesawat-pesawat militer Tiongkok tersebut.
Pada tanggal 23 Januari, Partai Komunis Tiongkok juga mengirim 13 pesawat militer untuk memasuki wilayah udara barat daya Taiwan tanpa izin, berupa 8 pesawat pengebom H-6K, 4 pesawat tempur J-16, dan 1 pesawat anti-kapal selam Y-8.
AS Tegaskan Komitmen Terhadap Keamanan Taiwan
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengeluarkan pernyataan pada tanggal 23 (Januari) kemarin yang berisikan keprihatinan terhadap upaya berkelanjutan Tiongkok yang mengintimidasi negara-negara tetangga termasuk Taiwan, dan menegaskan kembali komitmen AS terhadap “Undang-Undang Hubungan Taiwan (Taiwan Relations Act)” serta “Enam Jaminan” (six assurances), dan akan terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai.
AS juga menekankan bahwa komitmen AS kepada Taiwan adalah komitmen yang teguh dan tak tegoyahkan. Selain itu, dalam pernyataan ini, Amerika Serikat juga mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi terhadap Taiwan, dan melakukan dialog bermakna dengan perwakilan yang dipilih oleh masyarakat Taiwan.
Kementerian Luar Negeri (MOFA) menyambut baik pernyataan tersebut, dan berterima kasih kepada pemerintahan kabinet Joe Biden yang telah menunjukkan dukungannya bagi Taiwan di awal masa jabatan, menaruh perhatian besar terhadap pertahanan dan keamanan nasional Taiwan, serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Kementerian Luar Negeri juga akan bekerja sama dengan pemerintahan Biden untuk memperkuat kemitraan erat berdasarkan fondasi kuat dari persahabatan Taiwan-AS yang telah terbentuk. (ATN)
Discussion about this post