ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah riset terbaru yang diterbitkan diterbitkan pada hari Selasa (14/6/2022) oleh Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago (EPIC) yang mengukur Indeks Kehidupan Kualitas Udara, menyuguhkan fakta mengerikan.
Pasalnya, polusi udara kronis bisa membunuh lebih cepat pada setiap orang terpapar. Artinya, polusi udara memangkas rata-rata harapan hidup global lebih dari dua tahun per orang. Dampak polusi ini sebanding dengan bahaya merokok dan jauh lebih buruk daripada HIV/AIDS.
Lebih dari 97 persen populasi global tinggal di daerah di mana polusi udara melebihi tingkat yang direkomendasikan, yakni tingkat PM2,5, partikel mengambang yang merusak paru-paru yang berbahaya.
Namun jika tingkat PM2,5 global dikurangi menjadi 5 mikrogram per meter kubik yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), harapan hidup akan meningkat rata-rata 2,2 tahun.
Polusi udara telah diabaikan sebagai masalah kesehatan masyarakat, dengan dana untuk mengatasi masalah tersebut masih belum memadai. Demikian studi tersebut memperingatkan.
“Sekarang pemahaman kita tentang dampak polusi telah meningkat, ada alasan yang lebih kuat bagi pemerintah untuk memprioritaskannya sebagai masalah kebijakan yang mendesak,” kata Christa Hasenkopf, Direktur Indeks Kehidupan Kualitas Udara EPIC, dalam laporannya itu.
Penduduk Asia Selatan diperkirakan kehilangan 5 tahun kehidupan akibat kabut asap, kata studi tersebut, dengan India menyumbang sekitar 44 persen dari peningkatan polusi udara dunia sejak 2013.
Penduduk China bisa hidup rata-rata 2,6 tahun lebih lama jika standar WHO tercapai, meskipun harapan hidup telah meningkat sekitar dua tahun sejak 2013, ketika negara itu memulai “perang melawan polusi” yang memangkas PM2,5 sekitar 40 persen.
Perhitungan EPIC didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa paparan berkelanjutan terhadap tambahan 10 mikrogram per meter kubik PM2.5 akan mengurangi harapan hidup hampir satu tahun.
Tidak ada satu pun negara yang berhasil memenuhi standar 5 mikrogram WHO pada tahun 2021, menurut survei data polusi yang diterbitkan awal tahun ini. (ATN)
Discussion about this post