ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus berpacu menciptakan terobosan dalam rangka meningkatkan investasi pengembangan panas bumi (Geothermal) di Indonesia.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, energi panas bumi merupakan salah satu tulang punggung suplai energi nasional di masa depan.
Indonesia memiliki potensi sumber panas bumi mencapai 23,9 gigawatt (GW).
Dengan potensi ini, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang pembangkit panas bumi dapat mencapai sekitar 7.241,5 megawatt (MW) pada 2025 untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen.
“Potensi Geothermal kita sangat besar, namun sayangnya, kapasitas terpasang panas bumi saat ini hanya mencapai 2,13 GW. Artinya, pemanfaatannya hanya 8 persen dari total potensi yang ada. Pemanfaatan panas bumi masih terbuka lebar dan perlu usaha yang luar biasa untuk mencapai target yang ditetapkan. Ke depan, yang lebih penting sangat dibutuhkan sinergi dengan berbagai stakeholder,” papar Arifin di forum Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020, Selasa (8/9/2020).
Menurut Arifin, masih terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangan panas bumi, diantaranya optimalisasi pemanfaatan panas bumi di dalam kawasan hutan konservasi, kelayakan proyek panas bumi, akses pendanaan, dan isu sosial.
Di sisi lain, biaya pengembangan panas bumi di Indonesia masih relatif tinggi.
“Kondisi ini mempengaruhi daya saing industri panas bumi kita,” imbuh Arifin.
Untuk mengakselerasi pengembangan panas bumi di Indonesia, pemerintah terus menciptakan sejumlah terobosan dengan menyediakan insentif fiskal, seperti tax allowance, pembebasan pajak bumi dan bangunan.
Pemerintah juga melakukan pengeboran untuk eksplorasi panas bumi (government drilling) guna meminimalisasi risiko yang ditanggung pengembang.
“Saat ini pemerintah sedang merancang ulang regulasi tarif untuk meningkatkan investasi EBT termasuk pengembangan panas bumi,” tandas Arifin. (ATN)
Discussion about this post