ASIATODAY.ID, JAKARTA – Norwegia terus memperluas kerjasama pengembangan budidaya perikanan di Asia Tenggara, salah satunya dengan Indonesia.
Untuk mendukung pengembangan budidaya perikanan di Indonesia, Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Norway Connect, sepakat menandatangani kesepakatan bersama (MoU).
Norway Connect adalah organisasi yang memfasilitasi perusahaan-perusahaan asal Norwegia yang akan melakukan aktivitas bisnis di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Selain itu, MoU juga ditandatangani antara PT Multidaya Akuakultur Indonesia dengan Seven Stones Indonesia (SSI), perusahaan yang berorientasi dukungan on boarding untuk perusahaan Nordik dan lokal yang ingin memasuki pangsa pasar Indonesia atau pangsa pasar Eropa dari Indonesia.
Penandatangan kedua MoU tersebut berlangsung di Gedung Mina Bahari IV, Kantor KKP, Jakarta Pusat, Rabu (12/1/2022).
Kerjasama ini berpotensi menghasilkan investasi sebesar USD35 juta, khususnya untuk komoditas budidaya unggulan, seperti udang vaname, kerapu dan baramundi.
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono mengapresiasi kerjasama tersebut.
“Saya mengapresiasi kerjasama ini karena dapat memberikan kontribusi berupa perumusan kebijakan budidaya berkelanjutan yang memperhatikan kesehatan laut, melibatkan masyarakat atau pembudidaya lokal dalam pembangunan atau pengembangan budidaya, mendorong inovasi teknologi dan industrialisasi, menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan inovasi bisnis, serta, melibatkan kaum muda dalam pengembangan startup,” ujar Menteri Trenggono.
Menurut Trenggono, kerjasama ini menjadi bentuk upaya penguatan hubungan Indonesia dengan Norwegia di bidang kelautan dan perikanan.
Apalagi, Norwegia memiliki teknologi budidaya mumpuni yang dapat diadopsi oleh para pembudidaya di Indonesia sehingga produk yang dihasilkan meningkat volume dan kualitasnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) KKP sendiri memiliki dua program terobosan untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya di Indonesia. Meliputi pengembangan perikanan budidaya yang berorientasi ekspor, dengan komoditas unggulan antara lain udang, lobster, kepiting, serta rumput laut, serta pembangunan kampung perikanan budidaya sesuai dengan kearifan lokal untuk pengentasan kemiskinan sekaligus menjaga kepunahan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi.
“Saya yakin program terobosan pemerintah yang berlandaskan konsep ekonomi biru ini dapat berhasil jika didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk MAI. Semoga kerjasama ini juga dapat terjalin dengan baik dalam mendukung pengembangan industri akuakultur Indonesia,” pungkas Menteri Trenggono.
Sementara itu, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia H.E. Rut Krüger Giverin turut mengapresiasi kerjasama yang terjalin. Dia percaya, kesepakatan bersama tersebut akan membantu peningkatan pengembangan budidaya di Indonesia.
“Saya memastikan, Norwegia siap berbagi pengalaman dengan Indonesia, baik di bidang teknologi, praktik budidaya, maupun pasar,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Rokhmin Dahuri menjelaskan, MoU ini menciptakan potensi investasi sebesar USD35 juta, khususnya untuk komoditas budidaya unggulan, seperti udang vaname, kerapu dan baramundi.
Selain itu, juga akan ada dukungan untuk program ekonomi biru, di antaranya penanam mangrove, rehabilitasi terumbu karang, serta pengembangan kegiatan budidaya skala rakyat.
“Kerjasama ini bias mendorong Indonesia menjadi prdusen akuakultur terbesar di dunia,” ungkap Rokhmin.
Dalam acara penandatangan tersebut, turut hadir Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Co-Founder Seven Stones Indonesia Terje H. Nielsen, serta para petinggi empat lembaga yang menjalin kerjasama. (ATN)
Discussion about this post