ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) secara resmi mengalami resesi setelah pandemi coronavirus (Covid-19) melanda negara itu dan mematikan perekonomian.
Melansir NBC News, Selasa (9/6/2020), Biro Riset Ekonomi Nasional atau NBER, lembaga yang mengidentifikasi periode pertumbuhan dan kontraksi ekonomi, mencatat bahwa puncak pertumbuhan ekonomi secara triwulanan adalah kuartal terakhir 2019.
Sisanya adalah penurunan pertumbuhan Produksi Domestik Bruto yang turun lima persen pada kuartal pertama 2020. Analis memperkirakan bahwa penurunan kuartal saat ini cenderung berjalan secara historis.
Alat pelacak dari Atlanta Federal Reserve memperkirakan penurunan pertumbuhan ekonomi hampir 54 persen untuk kuartal I tahun ini.
“Maret mewakili kontraksi besar, dan kontraksi itu cukup signifikan sehingga mengimbangi pertumbuhan pada Januari dan Februari,” kata kepala analis keuangan Bankrate.com, Greg McBride.
Dia menjelaskan bahwa capaian itu menggarisbawahi penghentian signifikan dan mendadak dalam roda ekonomi.
“Karena lockdown bahkan tidak dimulai pada 1 Maret. Jadi, pada kenyataannya, itu adalah dua minggu terakhir kuartal ini,” jelas dia.
Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, mengatakan tidak ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi.
“Satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana itu akan pergi,” jelasnya.
Sementara aturan umum untuk mendefinisikan resesi adalah dua kuartal berturut-turut dari pertumbuhan PDB negatif.
“Dalam beberapa hal, tidak mengherankan bahwa NBER mengatakan kepada kami bahwa kami berada dalam resesi lebih cepat daripada waktu sebelumnya,” kata Stovall.
Stovall menyarankan bahwa terlepas dari keparahan goncangan ekonomi yang dialami negara paman sam, rebound bisa saja terjadi dengan cepat.
“Sepertinya kita keluar dari hutan karena kecepatan dan kuantitas luar biasa dari stimulus fiskal dan moneter,” jelas dia.
Komite Siklus Bisnis NBER mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keruntuhan ekonomi begitu bersejarah sehingga memunculkan adanya bahaya resesi ekonomi.
“Besarnya penurunan tenaga kerja dan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan jangkauan luasnya di seluruh ekonomi, menjamin penunjukan episode ini sebagai resesi, bahkan jika ternyata lebih singkat dari kontraksi sebelumnya,” jelasnya. (ATN)
Discussion about this post