ASITODAY.ID, YANGON – Rezim hasil kudeta militer di Myanmar mulai bertindak represif.
Dikutip dari Malay Mail, Selasa (9/2/2021), warga sipil yang berunjukrasa menyuarakan protes terhadap rezim saat ini harus menghadapi polisi yang menembakkan meriam air dan menangkap lebih dari dua lusin orang.
Kudeta yang dilakukan pada 1 Februari dan penahanan pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi telah menimbulkan aksi protes selama empat hari berturut-turut di negara Asia Tenggara yang berpenduduk 53 juta jiwa itu.
Polisi Myanmar menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa damai di ibu kota negara Naypyitaw untuk hari kedua, ketika kerumunan menolak untuk bubar, menurut video yang diunggah di Facebook.
Video di Bago, di timur laut pusat komersial Yangon, juga menunjukkan polisi menembakkan meriam air dan menghadapi kerumunan besar.
Polisi menangkap sedikitnya 27 demonstran di kota terbesar kedua Mandalay, termasuk seorang jurnalis, kata organisasi media setempat.
Kerusuhan tersebut telah menghidupkan kembali ingatan hampir setengah abad pemerintahan militer yang berlangsung hingga 2015.
“Kudeta selalu muncul di pikiran kami, setiap kali kami makan, bekerja, bahkan saat istirahat,” kata penduduk Yangon, Khin Min Soe.
“Kami sangat kecewa dan sedih setiap kali kami memikirkan mengapa hal ini menimpa kami lagi,” tambahnya.
“Kami akan terus berjuang,” kata sebuah pernyataan dari aktivis pemuda Maung Saungkha, yang menyerukan pembebasan tahanan politik dan runtuhnya kediktatoran. (ATN)
Discussion about this post