ASIATODAY.ID, BERLIN – Ribuan orang di Berlin, Jerman, turun ke jalan untuk menyuarakan protes dan menentang pemberlakuan sejumlah aturan dan larangan terkait pandemi Covid-19. Sebagian demonstran menilai, salah satu aturan seperti mengenakan masker wajah merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak dan kebebasan warga.
Melansir BBC, Minggu (2/8/2020), Kepolisian Berlin membubarkan aksi protes karena para pengunjuk rasa tidak menghormati protokol kesehatan Covid-19.
Jerman memang tidak terlalu terkena dampak parah covid-19 dibandingkan beberapa negara Eropa lainnya. Namun dalam beberapa pekan terakhir, jumlah kasus Covid-19 di beberapa wilayah Jerman meningkat.
Jumat kemarin, otoritas kesehatan Jerman mencatat lebih dari 900 kasus baru Covid-19 dengan 7 kematian.
Sekitar 20 ribu orang mengikuti aksi protes menentang pembatasan Covid-19 di Berlin pada Sabtu kemarin. Pihak penyelenggara mengatakan, aksi protes ini merupakan “hari kebebasan” setelah Pemerintah Jerman memberlakukan pembatasan ketat sejak beberapa bulan terakhir.
Sebagian demonstran terlihat membawa sejumlah spanduk, yang salah satunya bertuliskan, “kita dipaksa menggunakan masker.”
Damien McGuinness dari BBC mengatakan, sejumlah pengunjuk rasa berasal dari kelompok kanan jauh dan sebagian lainnya adalah grup penyuka teori konspirasi yang tidak percaya terhadap eksistensi Covid-19.
Namun sebagian lainnya hanyalah masyarakat biasa yang tidak setuju terhadap pendekatan Pemerintah Jerman dalam menangani Covid-19.
Hampir semua pengunjuk rasa di Berlin tidak mengenakan masker atau menjaga jarak sosial (social distancing).
“Kami ingin kembali ke demokrasi. Singkirkan aturan yang dipaksakan ini, dan jangan paksa kami memakai masker, yang membuat kami menjadi seperti budak,” teriak salah satu pengunjuk rasa di Berlin. (ATN)
Discussion about this post