ASIATODAY.ID, LONDON – Credit Suisse bangkrut setelah sahamnya anjlok ke level terendah sepanjang masa pada perdagangan di bursa Swiss hari Rabu (15/3/2023). Para pemegang saham terbesar bank tersebut mengatakan telah lepas tangan.
Saudi National Bank yang memegang 9,88% dari Credit Suisse, mengatakan tidak akan menambah modal karena alasan peraturan.
Saham Credit Suisse, yang terdampak serangkaian skandal yang telah merusak kepercayaan investor dan klien, merosot sebanyak 30% ke rekor terendah baru ke level di bawah 2 Swiss francs.
Seorang sumber Reuters mengatakan, Bank Sentral Eropa (ECB) telah menghubungi bank-bank lain di bawah supervisinya untuk menanyakan tentang eksposur keuangan mereka ke Credit Suisse.
Anjloknya saham Credit Suisse juga mendorong Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne dan Menteri Keuangan Bruno Le Maire untuk mengonfirmasi soal dampak penurunan saham Credit Suisse.
“Situasi Credit Suisse harus ditangani oleh otoritas Swiss,” kata Borne di Senat Prancis.
CEO Credit Suisse Ulrich Koerner mengatakan likuiditas bank tetap kuat dan jauh di atas semua persyaratan peraturan. Koerner mengatakan pada awal minggu rasio cakupan likuiditas Credit Suisse rata-rata 150% pada kuartal pertama tahun ini.
Sementara, Swiss National Bank menolak mengomentari jatuhnya saham Credit Suisse.
Credit Suisse pada hari Selasa menerbitkan laporan tahunannya untuk tahun 2022, yang mengatakan telah mengidentifikasi “kelemahan material” dalam pelaporan keuangan dan belum membendung arus keluar pelanggan.
Bank terbesar kedua di Swiss ini mengalami peningkatan arus modal keluar pada kuartal keempat menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss (US$ 120 miliar).
Analis dari Exane mengatakan mereka melihat bailout oleh Swiss National Bank dan regulator keuangan Finma sebagai skenario paling memungkinkan untuk menyelamatkan Credit Suisse.
Mereka juga mengangkat kemungkinan Saudi National Bank berubah pikiran dan menaikkan sahamnya di Credit Suisse, meskipun SNB mengatakan tidak akan menambah modal.
“Kami tidak bisa karena kami akan melampaui 10%. Ini masalah regulasi,” kata Ketua SNB Ammar Al Khudairy kepada Reuters, Rabu.
Utang Rp829 Triliun ke Bank Sentral Swiss
Credit Suisse mengumumkan akan meminjam senilai 50 miliar franc Swiss (US$ 53,69 miliar) atau sekitar Rp 829 triliun kepada bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB) untuk memperkuat likuiditas setelah sahamnya anjlok terendah sepanjang masa.
Fasilitas tersebut berupa pinjaman tertutup dan fasilitas likuiditas jangka pendek.
“Langkah-langkah tersebut akan mendukung bisnis inti dan nasabah Credit Suisse,” kata manajemen Credit Suisse dikutip CNBC International Kamis (16/3/2023).
Manajemen mengatakan Credit Suisse mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan bank lebih sederhana dan fokus berdasarkan kebutuhan nasabah.
Selain itu, bank melakukan penawaran tender tunai sehubungan dengan sekuritas utang senior berdenominasi US$ 10 dengan pertimbangan hingga US$ 2,5 miliar.
“Selain itu, penawaran terpisah untuk empat sekuritas utang senior berdenominasi Euro hingga 500 juta euro,” kata perusahaan.
Credit Suisse mengungkapkan pihaknya akan memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan regulator Swiss. Pinjaman sepenuhnya dijamin dengan aset berkualitas tinggi.
Saham Credit Suisse sempat anjlok 30% atau penurunan terbesar sepanjang masa di bursa Swiss, Rabu (15/3/2023). Namun saham Credit akhirnya ditutup turun hanya 24%. Sementara di bursa AS, saham Credit Suisse ditutup anjlok hampir 14%.
Kejatuhan saham Credit Suisse dipicu Saudi National Bank (SNB) pemegang saham terbesarnya tak mau menyuntikkan modal. Selain itu, Credit Suisse belum mampu membendung arus keluar nasabah. Namun awal pekan ini Credit Suisse menerbitkan laporan keuangan tahun 2022, yang mengatakan telah mengidentifikasi “kelemahan material” dalam pelaporan keuangan.
Credit Suisse membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss (US$ 7,8 miliar) untuk tahun keuangan 2022. Bank terbesar kedua di Swiss ini mengalami peningkatan arus modal keluar pada kuartal keempat menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss (US$ 120 miliar).
Credit Suisse pernah menjadi pemain besar di Wall Street. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Credit Suisse dilanda serangkaian skandal dan kegagalan kepatuhan, yang telah merusak reputasi di mata klien dan investor. Kondisi ini juga membuat beberapa eksekutif puncak kehilangan pekerjaan.
Jatuhnya saham Credit Suisse menambah kekhawatiran pelaku pasar, setelah baru-baru ini dikejutkan dengan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank di Amerika Serikat. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post