ASIATODAY.ID, KOLOMBO – Negeri Sri Lanka kembali bergolak dan status darurat diperpanjang menyusul tindakan polisi memburu dan menangkap para pemimpin demonstran.
Parlemen telah meratifikasi kekuasaan yang memungkinkan militer menahan orang, membatasi pertemuan publik dan menggeledah properti pribadi.
“Dua aktivis yang membantu memimpin demonstrasi massa yang menggulingkan presiden Sri Lanka telah ditangkap” kata polisi, ketika parlemen memperpanjang undang-undang darurat keras yang diberlakukan untuk memulihkan ketertiban, seperti dilaporkan AFP, Kamis (28/7/2022).
Penjabat presiden Ranil Wickremesinghe telah mengumumkan keadaan darurat pada 17 Juli. Hal ini memungkinkan militer diberikan kekuasaan untuk menahan orang, membatasi pertemuan publik dan menggeledah properti pribadi. Ordonansi darurat akan berakhir pada hari Rabu jika tidak diratifikasi oleh parlemen.
“Perpanjangan itu berarti akan berlanjut selama sebulan sebelum harus disetujui lagi,” kata seorang anggota parlemen.
Dalam pernyataan terpisah pada Rabu (27/7), Polisi mengatakan bahwa mereka telah menangkap aktivis Kusal Sandaruwan dan Weranga Pushpika atas tuduhan pertemuan yang melanggar hukum.
Polisi juga telah merilis foto-foto 14 tersangka yang dicari sehubungan dengan serangan pembakaran di rumah Wickremesinghe pada hari yang sama kantor dan kediaman presiden diserbu.
Penangkapan kedua aktivis itu terjadi sehari setelah pemimpin mahasiswa Dhaniz Ali ditahan ketika dia menaiki penerbangan menuju Dubai di bandara utama negara itu.
Polisi mengatakan ada surat perintah penangkapannya sehubungan dengan kasus pengadilan hakim, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dalam kegelapan dengan jet militer awal bulan ini setelah pengunjuk rasa mengambil alih rumah dan kantor kepresidenannya, menuntut dia mengundurkan diri.
Gotabaya Rajapaksa kemudian terbang ke Singapura dan mengajukan pengunduran dirinya sementara penggantinya, Wickremesinghe, menyatakan keadaan darurat dan bersumpah akan tegas terhadap “pembuat masalah”.
Banyak yang menduga bahwa Rajapaksa akan tetap berada di luar negeri dalam pengasingan untuk menghindari kemungkinan penuntutan atas tuduhan korupsi dan tuduhan kejahatan perang yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade.
Namun, Gotabaya Rajapaksa diperkirakan akan kembali ke rumah, menurut salah satu menteri kabinet.
Keputusan Gotabaya Rajapaksa yang jelas untuk kembali ke Sri Lanka bisa jadi sebagian karena dia memiliki sedikit pilihan lain untuk bepergian. Kelompok hak asasi manusia dan pengacara mengatakan mereka telah menekan negara-negara di belakang layar untuk tidak menerima dia.
Menurut laporan, kedutaan Amerika Serikat (AS) menolak untuk memberinya visa. AS dipandang sebagai tujuan akhir favorit Rajapaksa karena putra dan cucunya tinggal di sana dan dia adalah mantan warga negara. (ATN)
Discussion about this post