ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah studi ilmiah menganalisis dampak perubahan iklim akan dialami di seluruh dunia di masa depan, tidak terkecuali negara di Asia Tenggara.
Diperkirakan pada tahun 2050 nanti, Singapura dan Malaysia memiliki iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dikutip dari laman Business Insider, sebuah studi ilmiah mengklaim, dalam kurun waktu 30 tahun dari sekarang, kota-kota besar di negara tropis seperti Singapura dan Malaysia mungkin memiliki iklim yang belum pernah dialami kota tersebut sebelumnya.
Hal ini didasarkan pada hasil perkiraan suhu untuk 520 kota besar di dunia pada tahun 2050, menurut perhitungan oleh para peneliti dari Crowther Lab, sebuah kelompok penelitian iklim interdisipliner yang berbasis di Swiss.
Untuk mendapatkan hasil perhitungan ini, para peneliti menggunakan 19 variabel suhu dan data cuaca yang berbeda.
Seperti suhu rata-rata tahunan kota, suhu bulanan tertinggi dan terendah, serta curah hujan bulanan tertinggi dan terendah.
Para peneliti mendefinisikan kota besar sebagai ibu kota administratif suatu negara, atau kota yang memiliki lebih dari satu juta penduduk. Kota-kota besar ini termasuk Singapura, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Putrajaya, dan Klang.
Secara umum, laporan itu mengatakan bahwa sebagian besar kota besar akan mengalami suhu yang lebih tinggi dan perbedaan yang lebih tinggi pula antara suhu harian maksimum dan minimum.
Iklim di kota-kota yang terletak di daerah beriklim dingin (temperate) akan berubah menyerupai iklim tropis.
Sementara itu, iklim di kota-kota tropis akan bergeser ke arah iklim yang lebih kering, dan didominasi oleh peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, seperti badai hujan dan kekeringan yang parah.
Lebih dari 20 persen kota besar di dunia diharapkan mengalami kondisi iklim yang belum pernah terlihat sebelumnya, dengan sebagian besar kota tersebut berada di daerah tropis.
Laporan tersebut secara khusus menyebut tempat-tempat seperti Singapura, Kulala Lumpur, dan Jakarta sebagai kota yang berisiko terhadap kondisi iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, nasib dari sebagian besar kota-kota besar itu masih belum pasti.
Iklim Singapura bakal menyerupai Kuala Lumpur, iklim Tokyo menyerupai Changsha kota di Tiongkok.
Untuk memberi gambaran mengenai perubahan yang terjadi pada kota-kota besar di dunia, para peneliti dalam studi ini telah menjabarkan deskripsinya.
Menjelang tahun 2050, iklim London akan menyerupai Madrid hari ini; Paris akan lebih seperti Canberra; Stockholm seperti Budapest dan Moskow seperti Sofia, menurut analisis baru yang diterbitkan pada Rabu (10/7/2019) lalu.
Secara keseluruhan, 77 persen kota di dunia akan mengalami “perubahan mencolok” dalam kondisi iklimnya, sementara 22 persen akan mengalami kondisi “baru” – yaitu sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di Eropa, musim panas dan musim dingin akan semakin hangat, dengan peningkatan rata-rata 3,5 derajat Celcius dan 4,7 derajat Celcius dalam masing-masing suhu.
Perubahan akan lebih dramatis bagi kota-kota tropis utama dunia seperti Kuala Lumpur, Jakarta, dan Singapura yang akan mengalami kondisi iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengakibatkan peristiwa cuaca ekstrem serta kekeringan yang hebat.
Sementara itu, suhu rata-rata di Singapura pada tahun 2050 akan menjadi 1,3 derajat lebih tinggi, dan menyerupai suhu udara rata-rata Kuala Lumpur saat ini. Suhu rata-rata Kuala Lumpur diperkirakan akan naik sebesar 2,3 derajat, kondisi yang mirip dengan Palembang di Indonesia.
Suhu rata-rata di Johor Baru diperkirakan naik 1,5 derajat, menyerupai kota Pekanbaru di Indonesia saat ini. Kota Putrajaya di Malaysia akan mengalami kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,8 derajat menyerupai Medan, sementara suhu rata-rata Kota Klang di Malaysia naik 1,8 derajat dan menyerupai Kota Putrajaya saat ini.
Para ilmuwan menambahkan, walaupun memprediksi iklim masa depan di kota-kota bukanlah ide baru, menyamakannya dengan iklim kota-kota saat ini akan memberikan gambaran nyata tentang seperti apa iklim kota-kota besar di masa depan. (AT Network)
Discussion about this post