ASIATODAY.ID, PADANG – Sebuah fenomena alam menggegerkan warga dengan munculnya ubur-ubur jenis blue bottle di sejumlah pantai di Sumatera Barat.
Pasalnya, sejak sepekan terakhir ribuan Ubur-ubur membanjiri di Pantai Tiku, Kabupaten Agam, Pantai Pasir Jambak, Kota Padang serta Pantai di Pariaman.
Ubur-ubur ini memiliki warna menarik, biru cerah. Namun, dibalik keindahan warnanya, ubur-ubur ini justru berbahaya karena mengandung racun ganas.
Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat, Yosmeri, kemunculan ubur-ubur blue bottle diduga terjadi akibat terjadinya perubahan suhu air laut yang menjadi lebih hangat dan adanya proses migrasi arus laut.
“Selain perubahan suhu, blooming ubur-ubur biasanya juga terjadi karena adanya peningkatan nutrisi” jelasnya saat dihubungi, Sabtu (12/10/2019).
Yosmeri mengungkapkan, petugas DKP telah diturunkan ke lapangan untuk melihat pola arus dan kondisi parameter kualitas perairan. Tim lokal Kerentanan Wilayah Pesisir dan DKP melihat langsung kondisi perairan di sekitar kemunculan ubur-ubur.
Dari pengamatan itu kata dia, fenomena tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, upwelling atau peningkatan nitrat/nitrit karena limbah atau adanya plankton blooming. Di samping itu, kawanan ubur-ubur terdampar di bibir pantai disebabkan karena arus yang kuat ke arah pantai dan dibarengi dengan waktu surut. Sehingga ubur-ubur belum sempat balik ke laut.
Kedua, ubur-ubur memakan blooming plankton yang beracun, sehingga mati di bibir pantai. Pasalnya, spesies Aurelia Sp sensitif terhadap suhu tinggi dan DO rendah biasanya.
“Kejadian ini sering terjadi di beberapa wilayah terutama yang berhadapan langsung dengan samudera. Jadi bisa karena pengaruh variabilitas iklim samudera,” jelas Yosmeri.
Dikatakan, serangan binatang laut yang masuk dalam jenis Scyphozoa ini terjadi karena arus laut dan angin cukup kencang ke arah pantai. Apalagi kondisi air laut yang dingin sehingga banyak ubur-ubur terbawa ke pantai. Walaupun sengatan ubur-ubur ini tidak menyebabkan kematian, tetapi korbannya bisa mengalami lumpuh sementara bahkan tidak sadarkan diri.
Karena itu, DKP meminta masyarakat di sekitar untuk tidak berenang selama masih banyak ubur-ubur di air dan tidak memegang ubur-ubur itu.
“Memang ubur-ubur itu warnanya menarik biru, membuat penasaran untuk dipegang, Namun, kami mengimbau masyarakat untuk tidak memainkan atau memegang tentakel ubur-ubur yang sudah terdampar, karena sel penyengat masih aktif. Apabila tersengat segera menghubungi dokter atau ke puskesmas untuk mendapat perawatan,” tandasnya.
Walikota Kota Pariaman Genius Umar turut menghimbau warga dan wisatawan agar menghindari kontak dengan ubur-ubur jenis Bluebottle yang terdampar di pantai setempat.
“Ini fenomena alam biasa dan telah terjadi sebelumnya. Saya rasa warga sudah beradaptasi dengan fenomena ini,” kata Genius.
Sebelumnya, komunitas Tabuik Diving Club (TDC) di Kota Pariaman menyisir pantai kota itu guna mengumpulkan ubur-ubur Bluebottle yang sejak akhir pekan ini terdampar ke tepi laut.
“Sepanjang dua kilometer di daerah Desa Ampalu saja ubur-ubur ini yang terkumpul oleh kami telah mencapai 50 ekor,” kata Ketua TDC Pariaman Tomi Syamsuar.
Berdasarkan pantauan, ubur-ubur tersebut juga terdampar di daerah objek wisata di Pariaman, di antaranya Pantai Cermin dan Gandoriah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui BPSPL Padang bersama LRSDKP Bungus juga melakukan pemeriksanaan kualitas air di Pantai Pasir Jambak, Wawancara dengan Nelayan di Pantai Katapiang, Pantai Karang Aur, Pantai Sunur, Pantai Gandorian dan Pantai Ampalu, serta koordinasi dengan DKP Kota Pariaman.
Pemeriksaan kualitas air menggunakan alat multi checker dengan hasil rata-rata di 4 titik daerah Pantai Pasir Jambak menunjukkan Ph : 8,2 ; DO : 5,4 ; Suhu : 27,3 dan Salinitas : 18,6 ppm.
Berdasarkan pemeriksaan, blooming blue bottle sudah terjadi lebih kurang seminggu kebelakang.
Fenomena dimulai dari Pantai Tiku, Kab Agam – Pantai Ampalu, Kota Pariaman – Pantai Gandoriah, Kota Pariaman – Pantai Pasir Jambak, Kota Padang.
Fenomena ini telah menelan korban delapan (8) warga terdiri dari 6 orang anak dan 2 orang dewasa berprofesi nelayan. Korban tersebut tersengat tentakel blue bottle dan telah di bawa ke rumah sakit terdekat. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post