ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan Jepang, Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) memutuskan untuk keluar dari proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Keputusan Sumitomo itu dipertegas dengan menghentikan studi kelayakan (feasibility study) proyek yang akan menghasilkan produk untuk bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut.
“President & Representative Director SMM Akira Nozaki telah memutuskan untuk tidak melanjutkan studi kelayakan pada pembangunan smelter nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolala di Sulawesi Tenggara,” tulis manajemen SMM dalam keterangan resmi, Senin (25/4/2022).
Sebagai referensi, pada 2012 Sumitomo memulai kerjasama dengan Vale Indonesia untuk melakukan studi kelayakan awal di proyek Pomalaa. Dan sejak 2018, SMM telah melakukan studi kelayakan definitif untuk proyek tersebut.
Sayangnya, andemi Covid-19 membuat proyek tersebut menjadi terhambat.
Vale Indonesia telah berupaya untuk mencari alternatif untuk melanjutkan proyek tersebut, tetapi SMM tidak bisa melanjutkan negosiasi dengan INCO.
“Karena sulit untuk mempertahankan proyek studi kelayakan ini baik secara internal maupun eksternal, dan tidak adanya prospek untuk kemajuan di masa mendatang, Sumitomo tidak memiliki pilihan selain menghentikan studi ini,” ungkap manajemen SMM.
Manajemen Sumitomo mengakui bahwa proyek smelter nikel Pomalaa merupakan inti dari strategi SMM untuk mengamankan sumberdaya nikel dalam mencapai visi jangka panjang, yakni produksi 150 ribu ton nikel per tahunnya.
Smelter nikel Pomalaa juga diposisikan sebagai proyek besar untuk mendongkrak nilai perusahaan dalam rencana bisnis tiga tahun yang diumumkan pada tahun lalu.
“Meski kami menyesalkan hasil ini, kami akan melanjutkan upaya untuk mengamankan sumber daya nikel dalam rangka memperkuat rantai nilai tiga bisnis SMM, yakni sumber daya mineral, peleburan, dan pemurnian material. Kami juga akan tetap memastikan pasokan nikel yang stabil sesuai rencana bisnis tiga tahunan yang telah dijabarkan sebelumnya,” jelas manajemen SMM.
Keputusan penghentian proyek Pomalaa tersebut diakui manajemen akan berdampak minim terhadap hasil perusahaan untuk tahun buku yang berakhir 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023. (ATN)
Discussion about this post