ASIATODAY.ID, JAKARTA – Criminal Investigation Bureau (CIB) Taiwan berkomitmen dalam memerangi kejahatan siber internasional.
Menurut CIB, ketergantungan terhadap teknologi siber, terutama selama pandemi Covid-19, membuat kelompok kriminal lebih mudah mengeksploitasi kerentanan keamanan untuk melakukan tindakan kejahatan.
“Taiwan siap untuk membantu negara-negara lain untuk memerangi kejahatan di dunia maya tersebut,” tegas Komisioner CIB Taiwan, Huang Chia-lu dalam siaran pers dikutip Kamis (18/11/2021).
“Pandemi telah menyebabkan perubahan dalam kehidupan manusia. Orang-orang mulai bekerja di rumah, sekolah mengadopsi pembelajaran virtual, konsumen beralih ke e-commerce, serta platform layanan pemesanan dan pengiriman makanan daring berkembang pesat,” jelas Huang.
Menurut Huang, meskipun pandemi akan mereda di masa mendatang, namun tidak demikian dengan penyebaran teknologi siber yang telah merambah ke dalam kehidupan manusia, baik dalam pekerjaan, kehidupan, belajar, waktu luang, dan hiburan. Semua itu, ujarnya, membentuk gaya hidup baru secara keseluruhan.
“Ketergantungan pada teknologi siber ini membuat kelompok-kelompok kriminal lebih mudah mengeksploitasi kerentanan keamanan untuk melakukan tindakan kejahatan. Oleh karena itu, keamanan siber akan menjadi tugas krusial di era pascapandemi untuk menjaga keselamatan publik di seluruh dunia,” ujarnya.
Huang menjelaskan, kejahatan dunia maya tidak mengenal batas negara, sehingga korban, pelaku, dan tempat kejadian perkara (TKP) mungkin berada di negara yang berbeda.
Kejahatan dunia maya yang paling umum, kata dia, adalah penipuan telekomunikasi yang memanfaatkan internet dan teknologi telekomunikasi lainnya.
“Kerja sama antarnegara diperlukan untuk membawa sindikat penjahat internasional ke pengadilan. Taiwan siap bekerja sama untuk itu,” kata dia.
Huang Chia-lu mencontohkan, pada 2020, polisi Taiwan menggunakan analisis data besar untuk mengidentifikasi beberapa warga negara mereka yang dicurigai melakukan operasi penipuan telekomunikasi di Montenegro.
Taiwan lalu menghubungi Montenegro dan mengusulkan bantuan hukum timbal balik, yang memungkinkan Montenegrin Special State Prosecutor’s Office untuk melanjutkan kasus ini.
“Melalui upaya bersama, polisi Taiwan dan Montenegro mengungkap tiga operasi penipuan telekomunikasi dan menangkap 92 tersangka yang dituduh menyamar sebagai pejabat pemerintah, polisi, dan jaksa dari Tiongkok. Jumlah korban penipuan lebih dari 2.000 orang menyebabkan kerugian materi mencapai USD22,6 juta,” ujar Huang.
Dugaan kejahatan terjadi di Montenegro dan dilakukan melalui teknologi telekomunikasi.
“Berkat kerja sama di antara polisi dua negara, Montenegro dan Taiwan, para tersangka berhasil ditangkap, agar tidak memakan korban yang lebih banyak lagi,” katanya.
Contoh lain, pada 2019, polisi Taiwan menerima informasi dari jaringan pribadi virtual CyberTipline Pusat Nasional AS untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi. Laporan itu mengindikasikan seorang warga negara Afrika Selatan di Taiwan dicurigai telah mengunggah sejumlah konten pornografi anak ke internet.
Polisi Taiwan dengan cepat menemukan tersangka dan menggeledah kediamannya berdasarkan situasi yang dilaporkan. Polisi juga menyita barang bukti pornografi anak dan menemukan foto serta video tersangka melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak Taiwan.
“Kasus ini dapat teratasi berkat kerja sama antarnegara dan berbagi intelijen kriminal, sehingga dapat secara efektif mengurangi kasus kejahatan,” kata Huang.
Menurut Huang, kejahatan dunia maya melibatkan investigasi lintas batas. Seperti Covid-19, kejahatan dunia maya dapat menyerang individu di negara mana pun.
Oleh karena itu, memerangi kejahatan dunia maya sama halnya dengan memerangi pandemi, yang membutuhkan kerja sama dari pasukan polisi internasional untuk saling membantu dan berbagi informasi satu sama lain.
“Hanya dengan demikian, sebagian besar kasus kriminal dapat dicegah dan diselesaikan secara efisien, dan masyarakat di seluruh dunia bisa menikmati kehidupan yang lebih aman,” kata Huang Chia-lu.
Otoritas kepolisian Taiwan memiliki Unit Investigasi Kejahatan Teknologi Tinggi khusus dan penyelidik kejahatan dunia maya profesional. Biro Investigasi Kriminal (CIB) di bawah Kantor Kepolisian Nasional Kementerian Dalam Negeri, juga mendirikan Lab Forensik Digital yang memenuhi standar internasional.
Laboratorium ini mendapatkan akreditasi ISO/IEC 17025 pertama di dunia untuk Analisis Program Windows oleh Yayasan Akreditasi Taiwan. Pada 2021, CIB menstandarisasi prosedur analisis malware, selain menetapkan analisis file dan mekanisme analisis jaringan.
Keahlian Taiwan dalam memerangi kejahatan dunia maya akan bermanfaat bagi upaya global untuk membangun ruang maya yang lebih aman. (AT Network)
Discussion about this post