ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia memproyeksikan pangsa ekonomi digital di Indonesia mencapai US$240 miliar atau tumbuh empat kali lipat pada 2025.
Menurut Menteri/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, Indonesia berada pada posisi pertama tren perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara yang pertumbuhannya terus meningkat setiap tahun.
Dengan proyeksi demikian kata Suharso, akan menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dia menambahkan, posisi Indonesia akan diikuti Vietnam yang juga tumbuh hampir empat kali lipat sampai 2025.
“Ekonomi digital menyediakan potensi besar dalam penciptaan kehidupan masyarakat Indonesia. Sekitar 30 juta orang Indonesia bekerja pada sektor e-commerce dan memberdayakan potensi perempuan Indonesia,” terangnya melalui keterangan tertulis, Kamis (26/12/2019).
Selain e-commerce kata Suharso, potensi lain ada pada perubahan teknologi yang membawa manfaat sangat besar yang datang dari sejumlah perusahaan berbasis aplikasi, seperti kontribusi perusahaan Tokopedia dan Gojek terhadap perekonomian nasional. Dia menyatakan kontribusi Tokopedia terhadap perekonomian Indonesia meningkat dari Rp58 triliun pada 2018, menjadi Rp170 triliun pada 2019.
“Hal itu beberapa contoh potensi ekonomi digital yang dimanfaatkan saat ini. Kemudian kontribusi mitra Gojek dari empat layanan seperti Go-Ride, Go-Car, Go-Food, Go-Life, kepada perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun,” paparnya.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi digital, Suharso mengatakan mulai 2020, Bappenas akan meningkatkan jam kerja dengan mengandalkan konsep kerja flexible working time sehingga pelayanan dan kinerja Bappenas tidak hanya terbatas 16 jam, tetapi juga mencapai 24 jam.
Sementara itu, Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Kennedy Simanjuntak menambahkan selama ini Bappenas memfokuskan perencanaan untuk pengembangan ekosistem digital di Indonesia. Dia berharap masyarakat tidak hanya menjadi penonton terhadap perkembangan teknologi yang terjadi.
Menurut Kennedy, masalah yang masih menjerat pengembangan ekonomi digital di Indonesia saat ini soal kemampuan SDM. Dia pun menjamin, per 2020, pemerintah semakin fokus pengembangan SDM agar memanfaatkan sejumlah sistem kerja digital yang sudah dibuat dan diterapkan. Salah satu langkah adalah menerapkan vocational training untuk manfaatkan infrastruktur yang sudah dibangun.
“Kami akan membuka kurikulumnya dengan kerja sama swasta. Ada jutaan SDM yang harus kita latih, karena itu butuh sistem,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post