ASIATODAY.ID, DENPASAR – Setelah terjebak selama beberapa hari, tim Rescue Whale Shark Paiton berhasil membebaskan Hiu Paus yang terjebak di kanal inlet PLTU Paiton Probolinggo, Jawa Timur. Hiu paus itu langsung dievakuasi ke laut lepas.
“Kami sampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh tim di Paiton. Akhirnya Hiu Paus dapat kembali ke laut dengan selamat dan dalam kondisi sehat,” terang Direktur Jenderal PRL, Brahmantya Satyamurti Poerwadi dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu (22/9/2019).
Evakuasi Hiu Paus itu dipimpin Komandan Kodim 0820/Probolinggo, Letkol Inf. Imam Wibowo.
Menurut Brahmatya, aksi tim Rescue Whale Shark Paiton merupakan aksi terpadu yang dapat dijadikan role model dalam menyelamatkan satwa laut terancam punah.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Peikanan (KKP) telah membentuk tim terpadu penanganan yang terdiri dari beberapa instansi. Brahmantya menilai kerja sama dan koordinasi yang baik kunci lancarnya proses evakuasi.
Tim evakuasi terpadu ini terdiri dari Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkuangan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BPSPL Denpasar, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, BPSPL Wilker Jawa Timur, dan beberapa instansi lainnya.
Brahmantya menyebut dalam evakuasi Hiu Paus ada tiga prinsip yang diusung, yaitu kesejahteraan hewan, keamanan, dan keselamatan personil.
“Tim bekerja dengan baik dengan mengedepankan prinsip kesejahteraan hewan agar tidak melukai hiu paus dan membuatnya stress. Selain itu, keamanan fasilitas pembangkit listrik tetap diprioritaskan, jangan sampai timbul kecelakaan yang mengakibatkan terganggunya kerja pembangkit yang pada akhirnya pasokan listrik terganggu. Dan tentunya memastikan keselamatan personil yang melakukan evakuasi,” jelas Brahmantya.
Evakuasi ini dilaksanakan selama empat hari sejak tanggal 16 hingga 19 September 2019. Evakuasi menggunakan jaring kantong yang diberi bingkai besi berukuran 6×4 meter di bagian mulut jaring. Dengan pertimbangan kecepatan arus di inlet sebesar 0,8- 1 m/s, tim menerjunkan tiga unit perahu karet berjenis sea rider dan rubber boat.
Tim juga menyediakan kren untuk menghalau hiu paus agar masuk ke dalam jaring. Secara visual, tidak ada luka akibat proses evakuasi ini serta ikan masih dapat berenang secara aktif dan responsif.
Diduga ikan yang telah dievakuasi ini merupakan anakan dengan jenis kelamin jantan dengan terlihat memiliki klesper. Kendati evakuasi telah berhasil, tim masih memantau perairan di sekitar PLTU Paiton dan melakukan mitigasi agar kejadian serupa terulang kembali.
Puluhan ekor ikan Hiu Paus biasa muncul di daerah sekitar perairan Pasuruan sekitar Juli. Pada Agustus hingga September, kawanan ikan ini akan mengarah ke timur menuju perairan Probolinggo. Kemudian mereka bergerak ke perairan Situbondo pada Desember hingga Januari dan diprediksi bermigrasi ke Luar Selat Madura menuju Benua Australia, Pulau Sulawesi, Pulau Sumbawa, Pulau Flores, hingga perairan negara Filipina. Perpindahan kawanan ini bergantung dari sumber makanan (plankton dan ikan kecil).
Kepala BPSPL Denpasar, Suko Wardono menyampaikan PLTU Paiton menjadi salah satu sumber makanan Hiu Paus. Sebab, di kawasan tersebut masih banyak mangrove dan terumbu karang yang menjadi tempat berpijah.
“Di sana juga ada muara beberapa sungai yang kaya akan nutrien, membuat Hiu Paus sering muncul disekitar perairan PLTU Paiton. Kawanan Hiu Paus tersebut mempunyai kebiasaan berenang secara individu (soliter) untuk mencari makanan hingga ke daerah pesisir atau perairan dangkal,” ujar Suko.
Ikan Hiu Paus adalah ikan yang dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/KEPMEN-KP/2013. Hiu paus yang dikenal dengan hiu totol oleh nelayan setempat dilindungi dengan alasan jumlahnya semakin berkurang akibat mudah tertangkap secara tidak sengaja oleh nelayan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post