ASIATODAY.ID, JAKARTA – Moody’s Investors Service mengapresiasi terobosan merger perbankan syariah di Indonesia.
Moody’s secara spesifik mengulas perjanjian penggabungan bersyarat atau conditional merger agreement (CMA) yang ditandatangani oleh PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) pada Senin (12/10/2020).
“Terobosan ini akan menjadi kredit positif bagi perbankan syariah di Indonesia karena akan menciptakan entitas syariah dengan skala yang lebih besar secara signifikan sehingga akan mendorong efisiensi dan daya saing keseluruhan sektor ini,” demikian keterangan tertulis Tim Analis Moody’s dalam riset yang dipublikasikan, Selasa (20/10/2020).
Menurut lembaga pemeringkat internasional itu, aset gabungan BRIS, BSM, dan BNIS diperkirakan akan menyumbang sekitar 2 persen dari total aset perbankan di Indonesia atau setara dengan 40 persen aset perbankan syariah per 30 Juni 2020.
“Merger yang diharapkan para pihak akan selesai pada Februari 2021, akan membuat bank terbesar ketujuh di Indonesia berdasarkan aset,” jelas Moody’s.
BRIS selaku survivor, akan lebih leluasa dalam mendiversifikasi pembiayaan dan sumber pendanaan untuk manajemen risiko. Perseroan diprediksi bisa menyasar ke perusahaan yang lebih besar yang secara umum memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil.
“Bank juga akan memiliki peluang lebih besar untuk mengakses pasar sukuk global dengan keberadaannya yang lebih besar,” terang Moody’s.
Moody’s mencatat, perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, seperti Bangladesh, Brunei, dan Malaysia. Padahal, Indonesia memiliki populasi mayoritas muslim yang besar.
Moody’s mencatat aset sektor ini hanya menyumbang 6 persen dari total aset perbankan per 31 Juli 2020.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebelumnya menjelaskan bahwa penandatanganan CMA merupakan awal dari proses bersejarah lahirnya bank umum syariah nasional berskala global.
Sebelum pandemi, Erick mengklaim kinerja ketiga bank syariah itu pada kuartal II/2020 sangat positif.
Menurut Erick, pemerintah telah merencanakan dengan matang pembentukan bank umum syariah terbesar pertama di Indonesia. Dengan penduduk mayoritas muslim, potensi perbankan syariah masih sangat besar.
“Keinginan Indonesia memiliki bank umum syariah nasional terbesar pada 2021 merupakan bagian dari upaya dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan menjadikan ekonomi keuangan syariah sebagai pilar baru kekuatan ekonomi nasional,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post